Banda Aceh – Jadwal Penetapan calon Gubernur, Bupati/Walikota Pilkada Aceh 2024 semakin dekat, dan siapa saja calon Gubernur, Bupati/Walikota ditunggu rakyat Aceh siapa yang bakal dijagokan partai politik..?
Kini hanya Muzakir Manaf atawa Mualem yang sudah jelas sebagai calon Gubernur Aceh yang diusung Partai Aceh (PA). Diapun sudah jauh-jauh hari dideklarasikan, namun saat ini belum ada calon Wakil Gubernur Aceh yang ditetapkan partai maupun oleh Mualem.
Sepertinya Mualem sangat berhati-hati sehingga belum menentukan siapa sosok yang bakal menjadi pendampingnya sebagai calon Wakil Gubernur Aceh.
Tentu Muzakkir Manaf akan mempertimbangkan secara sungguh – sungguh sosok yang di nilai cakap dalam mengimbangi tuntutan zaman.
Karena tuntutan zaman menyebabkan tantangan kepemimpinan semakin besar karena pengelolaan potensi semakin komplek.
Dana pembangunan semakin besar di barengi dengan kompleksitas persoalan sehingga Mualem membutuhkan sosok pengalaman dalam organisasi agar pengelolaan potensi dapat dilakukan secara akuntabel, transparan dan bertanggung jawab.
Memang banyak nama yang sudah muncul ke publik, ditawarkan oleh arus bawah Partai Aceh, internal Partai Aceh, dan beberapa kader Partai Nasional yang sudah mendaftar ke Partai Aceh, tentu sebagai calon wakil Gubernur pendamping Muzakir Manaf.
Karenanya sangat menarik bagi kita untuk menelisik persaingan politik internal partai Aceh dalam merekomendasi calon kandidat Wakil Gubernur Aceh, baik kandidat dari internal PA maupun dari luar Partai Aceh.
Adapun nama-nama yang pernah muncul dan menguat bahkan digadang sebagai sosok yang cocok mendampingi Muzakir Manaf adalah Kamaruddin Abubakar yang kerab disapa Aburazak (internal PA), Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop Jeuniep) Ulama Dayah, Ketua Partai Demokrat Aceh Muslem, dan calon dari Partai Gerindra Aceh adalah Fadhlullah, serta Sastra Winara.
Nama-nama tersebut beberapa saat lalu sudah menjadi perbincangan publik Aceh, termasuk nama yang paling sering muncul ke publik adalah Aburazak, Tu Sop, dan Sastra Winara.
Tiga nama tersebut yang menguat dan menjadi atensi dan pembicaraan publik dengan berbagai sudut pandang, ada pro dan kontra.
Pro dan kontra tentu dilatar belakangi dengan berbagai sudut pandang politik dan kepentingan. Contoh dalam tiga bulan terakhir muncul nama Aburazak sebagai calon Wakil Gubernur Aceh pendamping Muzakir Manaf. Nah, ini terbukti dengan penyebaran flyer ke berbagai media sosial.
Mengisyaratkan ada kalangan internal Partai Aceh beserta underbownya berkeinginan Aburazak menjadi pendamping Muzakir Manaf atawa Mualem.
Dalam berbagai sumber kami mendapatkan informasi, bahwa ada kader PA berkeinginan Aburazak sebagai pendamping Mualem dengan alasan memudahkan kolaborasi mewujudkan dan merealisasi program-program Partai Aceh, dan komunikasi, koordinasi yang sudah solid, dan selama ini sudah berjalan sangat baik dalam mengurus Partai Aceh.
Namun apa yang menjadi harapan kader di internal Partai Aceh, menurut kami wajar dalam menyuarakan aspirasi dan harapan, tetapi perlu juga dipertimbangkan secara politik, bila diusung Aburazak oleh Partai Aceh bisa dipastikan tidak ada koalisi, Koalisi juga sangat penting untuk memudahkan pertarungan dan menang dalam Pilkada.
Maka Partai Aceh sebagai pemenang Pileg dan kursi mayoritas Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), penting juga membangun koalisi dengan partai politik lainnya, termasuk mempertimbangkan kader partai lain dijadikan sebagai pendamping Mualem.
Plus-minus dalam koalisi pasti tetap akan ada, dan sudah pasti bagaimana plus dan minus itu dikomunikasikan dengan melahirkan kesepakatan politik bersama-sama.
Selanjutnya selain Aburazak yang diisukan sebagai pendamping Mualem, muncul juga Tu Sop Jeuniep, dan beliau sudah mendaftar sebagai calon wakil gubernur Aceh di partai Aceh. ini menandakan dan terindikasi bahwa beliau juga salah satu calon kuat wakil Gubernur Aceh. hal ini juga diperkuat dari penyataan Muzakir manaf di salah satu Podcats menyebutkan beberapa ciri-ciri calon wakil gubernur mengarah pada TU Sop.
Namun dari sejumlah, misal Partai Demokrat muncul nama Ketua Demokrat Aceh yaitu Muslem, dan partai Gerindra juga muncul nama Fadhlullah, dan Sastra Winara. Tetapi ketiga nama tersebut tidak terlalu mencuat ke publik dibandingkan nama Aburazak.
Hanya sastra Winara yang sebelumnya sempat menjadi pembicaraan public Aceh saat namanya direkomendasi sebagai calon Wakil Gubernur pendamping mualem.
Gerindra – Partai Aceh sudah lama berkoalisi, dan sudah wajar bila Gerindra juga mengusul nama sastra sebagai pendamping Mualem, apalagi saat ini dewan Pembinaan Gerindra Prabowo terpilih sebagai Presiden, sehingga secara politik sangat diuntungkan bila salah satu kader gerindra masuk dominasi sebagai calon pendamping Mualem.
Penentuan Wakil Gubernur Aceh untuk pendamping Mualem, tentu ada sama Mualem sendiri, dan harus diputuskan dengan pertimbangan yang mantang.
Pengalaman Pilkada 2017 yang lalu, Mualem memilih TA Khalid, saat itu Ketua Gerindra Aceh, sehingga internal Partai Aceh ada yang menolak, tidak setuju, akibatnya internal Partai Aceh pecah. Maka nama-nama yang mencuat ke publik saat ini tentu harus diuji dan diputuskan dengan dukungan Partai Aceh secara utuh.
Editor: Redaksi