Sementara itu sebuah perusahaan pinjaman kripto bernama Celsius telah menghentikan sementara penarikan bagi para pelanggannya, untuk memicu kekhawatiran aksi tersebut bisa menular ke pasar yang lebih luas.
Baca Juga: Harga Bitcoin Sempat Tembus Rp800 Juta, Kini Anjlok Terpangkas Setengahnya
Bitcoin sebagai cryptocurrency terbesar di dunia turun di bawah angka USD24.000 atau setara Rp351 juta (Rp14.635 per USD), menurut data CoinDesk dan diperdagangkan sekitar USD23.325 pada pagi tadi di Wall Street, dengan kerugian 15%.
Selama akhir pekan dan hingga Senin pagi, lebih dari USD200 miliar yang senilai Rp2,927 triliun telah dihapuskan dari seluruh pasar cryptocurrency. Kapitalisasi pasar cryptocurrency turun di bawah USD1 triliun pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, menurut data dari CoinMarketCap.
Faktor makro berkontribusi pada bearishness di pasar crypto, dengan kenaikan inflasi yang merajalela terus berlanjut dan Federal Reserve AS atau Bank Sentral Amerika diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu ini untuk mengendalikan kenaikan harga.
Pekan lalu, indeks AS tak berdaya, dengan Nasdaq sektor teknologi turun tajam. Bitcoin dan mata uang kripto lainnya cenderung berkorelasi dengan saham dan aset berisiko lainnya. Ketika indeks jatuh, mata uang kripto juga turun.
“Sejak Nov 2021, sentimen telah berubah drastis mengingat kenaikan suku bunga The Fed dan manajemen inflasi. Kami juga berpotensi melihat resesi mengingat The Fed mungkin perlu akhirnya mengatasi sisi permintaan untuk mengelola inflasi,” kata Vijay Ayyar, wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno, kepada CNBC.
Baca Juga: IMF Memperingatkan Bahaya Mata Uang Kripto di Pasar Negara Berkembang