Baca juga: Intip Rencana Aksi Korporasi IATA Usai Beralih ke Bisnis Batu Bara
Setelah akuisisi ini, SR akan memiliki 100% PMC dari sebelumnya hanya 53,84%. Langkah ini sejalan dengan target perseroan untuk memperkuat posisinya di sektor energi, khususnya pertambangan batu bara .
“Hari ini kami melakukan penandatanganan dari MNC Energy Investment dan anak perusahaan BCR yang di bawah IATA. Kita memiliki 2 IUP yang sudah beroperasi sejak tahun lalu dari awalnya 54%. Pada hari ini kami menandatangani jual beli untuk akuisisi 44,6%, nanti practical resource-nya jadi melalui SR akan memiliki 100% UP dari PMC,” kata Direktur Utama MNC Investama Darma Putra di Kawasan MNC Tower, Jumat (8/4/2022).
Menurutnya, PMC saat ini telah memiliki cadangan batu bara sebesar 54,8 juta metric ton (MT) dari 2.947 ha konsesi yang terletak di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. PMC juga berencana meningkatkan produksinya dari 2 juta MT pada 2021 menjadi 4,5 juta MT pada 2022.
“PMC sendiri telah menyumbang 58% dari total target produksi BCR sebesar 7,8 juta MT tahun ini,” tambahnya.
Dengan begitu, pihaknya mengatakan akuisisi ini tentu akan meningkatkan profitabilitas IATA. Kegiatan operasional PMC pada tahun 2021 mencatat pendapatan sebesar USD56,32 juta dan memiliki EBITDA sebesar USD24,01 juta.
Darma menambahkan, dikaitkan dengan meroketnya harga batu bara akibat meningkatnya pemintaan dan masalah rantai pasokan yang timbul dari konflik antara kekuatan global, manajemen optimistis akuisisi tersebut akan meningkatkan posisi keuangan PMC dengan perkiraan profit dua kali lipat di tahun ini.
Baca juga: Hadir Bersama Luhut, Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo Apresiasi UMKM ‘Naik Kelas’ dengan Berjualan di Lokasi Premium
“Profitnya ke depan directnya akan lebih besar jika produksinya tahun ini akan 4,5 juta lebih dari dua kali lipat. Jadi sekarang dengan margin dan cost yang baik maka akan membuat keuntungan juga lebih baik. Itulah kenapa kami mengakuisisi 44,6% dari partner kami sehingga kita memiliki utuh 100%,” pungkasnya.