Jakarta – Langkah berani Uni Eropa (UE) menuju perdamaian di Timur Tengah semakin dekat, dengan pengumuman resmi bahwa beberapa negara anggotanya bersiap untuk mengakui kemerdekaan Palestina pada tanggal 21 Mei mendatang.
Keputusan ini dipandang sebagai tindakan simbolis yang menggugah hati, namun memiliki dampak politik yang sangat besar di dunia.
Kepala Kebijakan Luar Negeri UE, Josep Borrell, mengungkapkan langkah ini pada sebuah konferensi pers yang diadakan menjelang pemungutan suara penting di PBB mengenai status Palestina.
“Ini adalah tindakan simbolis yang bersifat politis. Lebih dari sekedar sebuah negara, ini adalah pengakuan terhadap tekad dan keinginan yang tak tergoyahkan dari bangsa Palestina untuk hidup dalam kemerdekaan,” ungkapnya.
Seperti dilansir CNBCIndonesia, dia menegaskan bahwa langkah ini bukan hanya tentang politik, tetapi juga tentang keadilan dan hak asasi manusia.
Keputusan ini merupakan hasil dari upaya diplomasi yang intensif antara negara-negara anggota UE, dengan Spanyol, Irlandia, Slovenia, dan Malta memimpin gerakan ini.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, yang sebelumnya telah mengungkapkan dukungannya untuk solusi dua negara, menyebut langkah ini sebagai langkah pertama menuju perdamaian abadi di wilayah tersebut.
Namun, keputusan ini tidak datang tanpa kontroversi. Israel telah mengkritiknya sebagai “hadiah bagi terorisme” yang dapat menghambat proses negosiasi damai di kawasan tersebut.
Namun, para pendukung pengakuan Palestina menganggapnya sebagai langkah penting untuk mengakhiri siklus kekerasan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Dengan langkah ini, UE bersiap untuk bergabung dengan 139 negara lainnya yang telah mengakui negara Palestina sejak tahun 1988.
Pada hari Jumat, Majelis Umum PBB akan memberikan suaranya dalam mendukung upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dan damai bagi rakyat Palestina dan Israel.
Editor: RedaksiSumber: https://CNBCIndonesia.com