Ukraina menuding Hungaria sebagai sekutu Rusia membantu Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke negaranya.
Pernyataan itu diutarakan Kyiv beberapa hari setelah Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban memenangkan pemilu untuk keempat kalinya.
Orban merupakan pemimpin negara Eropa yang memiliki hubungan paling dekat dengan Putin.
“Tampaknya, setelah pemilu, Budapest melanjutkan langkah berikutnya yakni menolong (Presiden Rusia Vladimir) Putin melanjutkan agresinya terhadap Ukraina,” kata Kementerian Luar Negeri Ukraina melalui sebuah pernyataan pada Kamis (7/4).
Tak lama setelah Orban dan partainya Fidesz memenangkan pemilu akhir pekan lalu, Putin menelepon sang perdana menteri dan memberikan ucapan selamat.
Kedua pemimpin juga kembali melakukan percakapan telepon pada Rabu (6/4), di mana Orban menyatakan Hungaria siap membayar gas Rusia dengan mata uang rubel-sebuah langkah yang ditolak mayoritas negara Uni Eropa lainnya.
Kyiv pun mengomentari hal itu. Menurut Ukraina, keputusan Hungaria soal pembayaran gas dengan rubel sebagai langkah tidak bersahabat.
“Pernyataan (Hungaria) seperti itu juga bertentangan dengan posisi konsolidasi Uni Eropa,” kata Kemlu Ukraina seperti dikutip AFP.
Meski begitu, Orban disebut turut mendesak Putin segera memberlakukan gencatan senjata di Ukraina. Dia bahkan mengungang Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Kanselir Jerman untuk bertemu di Budapest.
Namun, Ukraina menganggap inisiatif Hungaria untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai terlihat sinis.
“Jika Hongaria benar-benar ingin membantu mengakhiri perang, berikut cara melakukannya: berhenti menghancurkan persatuan di UE, mendukung sanksi anti-Rusia baru, memberikan bantuan militer ke Ukraina, dan tidak menciptakan sumber dana tambahan untuk mesin militer Rusia,” kata pernyataan itu.
Ukraina mengklaim Hungaria enggan mengakui “tanggung jawab Rusia yang tak terbantahkan” atas “kekejaman” Moskow di negaranya.
“Ini dapat memperkuat rasa impunitas Rusia dan mendorongnya untuk melakukan kekejaman baru terhadap Ukraina,” ucap Kemlu Ukraina.
(rds)
[Gambas:Video CNN]