Berdasarkan laporan yang diterima, delapan tersangka yang diamankan adalah AS (39), JR (44), IS (22), TRI (34), MH (29), MD (40), SK (43), serta MN (54), sebagian besar berasal dari Banda Aceh, Aceh Besar, dan sebagian dari Pidie.
Dalam konferensi pers yang digelar di Polresta Banda Aceh, Jumat (31/5/2024), Kasat Resnarkoba Polresta Banda Aceh, AKP Ferdian Chandra, menegaskan bahwa keberhasilan ini menjadi bukti nyata bahwa peran serta masyarakat sangat penting dalam memberantas peredaran narkotika.
Barang bukti yang berhasil disita dalam operasi ini termasuk paket sabu, alat isap (bong) yang masih bersisa sabu, handphone, dan beberapa botol tuak. Bahkan, sejumlah tersangka tertangkap sedang mengkonsumsi tuak saat penangkapan.
Saat ini, para tersangka ditahan di sel tahanan Polresta Banda Aceh dan dijerat dengan Pasal 112 Ayat 1 subs Pasal 127 Ayat 1 Huruf A UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana empat hingga 12 tahun penjara dan denda minimal Rp 800 juta.
Mereka yang terlibat dalam konsumsi tuak juga akan dijerat dengan qanun Hukum Jinayat, dengan ancaman cambuk sebanyak 60 kali.
Ferdian Chandra juga mengapresiasi partisipasi aktif masyarakat dalam memberikan informasi yang berguna bagi penegakan hukum.
Sejak Januari hingga Mei 2024, Satresnarkoba Polresta Banda Aceh telah menerima 14 laporan dari layanan aduan WhatsApp Polresta, yang semuanya ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
“Kami sangat berterima kasih atas laporan yang disampaikan masyarakat, ini memudahkan aparat penegak hukum menindak penyalahgunaan narkotika yang terjadi di wilayah hukum Polresta Banda Aceh,” ungkapnya.
Dengan demikian, operasi ini tidak hanya menjadi bukti keseriusan aparat kepolisian dalam memberantas peredaran narkotika, tetapi juga menegaskan pentingnya kerjasama antara pihak berwenang dan masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.