Banda Aceh – Pengrajin cincau di Kota Banda Aceh menyebutkan permintaan bahan campuran minuman tersebut di Banda Aceh pada Ramadhan 1446 Hijriah atau 2025 Masehi.
“Ada peningkatan permintaan cincau di awal bulan puasa ini. Biasanya, peningkatan permintaan tersebut hingga pertengahan Ramadhan, setelah itu kembali seperti biasa,” kata Djoek Fa, pengrajin cincau, di Banda Aceh, Senin 3 Maret.
Djoek Fa menjelaskan peningkatan permintaan tersebut dilihat dari produk. Dalam beberapa hari Ramadhan, cincau yang produksi mencapai 400 kaleng. Sedangkan hari biasa, produksinya berkisar 40 hingga 50 kaleng.
Menurut dia, jika dibandingkan dengan bulan puasa tahun sebelumnya, permintaan tersebut turun. Pada Ramadhan sebelumnya, permintaan cincau berkisar 500 hingga 700 kaleng.
“Permintaan cincau pada bulan puasa tahun ini menurun dibandingkan bulan puasa tahun lalu. Sekarang 400-an kaleng, tahun lalu 500 hingga 700-an kaleng. Kendati begitu, permintaan dalam bulan puasa meningkat dibandingkan hari biasa,” katanya.
Djoek FA menyebutkan cincau yang diproduksi tidak hanya dijual di Kota Banda Aceh dan sekitarnya, tetapi juga dipasarkan ke berbagai kabupaten kota di Provinsi Aceh, baik di wilayah pantai barat maupun pantai timur.
“Kalau di pantai barat, hingga Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan. Ada juga yang beli dari Pulau Simeulue. Kalau di wilayah pantai timur, hingga Kabupaten Bireuen,” kata Djoek Fa menyebutkan.
Menyangkut harga, kata Djoek FA dijual Rp25 ribu per kaleng. Harga tidak naik sejak beberapa tahun terakhir, walau harga bahan baku naik dan kini berkisar Rp35 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram.
“Pasokan bahan baku selama ini lancar. Bahan baku kami datangkan dari Sumatera Utara dan Pulau Jawa. Kalau dari Aceh, belum ada. Kalau kendala selama ini, tidak ada, kecuali pasokan bahan baku terlambat,” kata Djoek Fa.
Usaha cincau Djoek Fa merupakan usaha rintisan keluarga. Djoek Fa merupakan generasi ketiga yang membuat cincau di Kota Banda Aceh.
Editor: Amiruddin. MK