Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, pelemahan mata uang Garuda mungkin tidak akan langsung berdampak pada pertumbuhan ekonomi, tetapi faktor-faktor yang mendorong pelemahan itu bisa berdampak.
“Aliran modal terhenti atau bahkan sebagian keluar, terjadi pengetatan likuiditas di pasar global. Kondisi ini akan mengundang respons kenaikan suku bunga juga di dalam negeri, likuiditas di domestik juga akan ketat, suku bunga kredit naik, investasi dan konsumsi tertahan. Artinya, pertumbuhan ekonomi juga akan tertahan,” terang Piter kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Senin (20/9/2022).
Baca juga: Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah, Nyaris Tembus Rp15.000
Namun, dia menyampaikan perekonomian Indonesia juga sedang beranjak pulih di tengah meredanya pandemi, sehingga akan ada tarik menarik.
“Ada yang mendorong kenaikan pertumbuhan, ada yang menahan. Tapi kenaikan suku bunga itu sifatnya menahan pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Baca juga: Digempur Suku Bunga The Fed, Rupiah Bisa Sentuh Rp15.000 per USD
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan beberapa dampak yang akan ditimbulkan dari melemahnya nilai tukar rupiah. Berikut ini beberapa dampak yang disampaikan oleh Bhima:
1. Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan biaya bahan baku impor naik signifikan. Produsen akan meneruskan biaya produksi ke konsumen akhir. Sejauh ini harga di level produsen telah naik 9% per kuartal I/2022 sebelum rupiah melemah.
Lihat Juga: Digempur Suku Bunga The Fed, Rupiah Bisa Sentuh Rp15.000 per USD