Dikenal dengan produk cat kuku dan lipstik nya, perusahaan berusia 90 tahun ini dalam beberapa tahun terakhir telah kehilangan pamor seiring kehadiran banyak brand baru. Kehadiran Revlon dalam jejeran rak di toko kecantikan mulai berkurang, di sisi lain kehadiran brand yang didukung startup seperti Kylie Cosmetics karya Kylie Jenner dan Fenty Beauty dari Rihanna.
Baca Juga: Bangkrut, Merpati Airlines Tinggalkan Utang Rp10,9 Triliun
Dalam pengajuan kebangkrutannya, Revlon mengatakan gangguan rantai pasokan pada musim semi mendorong persaingan ketat untuk bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan produknya. Pada saat yang sama, vendor yang secara tradisional menawarkan hingga 75 hari untuk pembayaran mulai menuntut uang tunai sebelum pesanan baru, sementara kekurangan tenaga kerja dan inflasi menambah masalahnya.
“Misalnya, satu tabung lipstik Revlon membutuhkan 35 hingga 40 bahan baku dan bagian komponen, yang masing-masing sangat penting untuk membawa produk ke pasar,” tulis Robert Caruso, yang dipekerjakan sebagai kepala petugas restrukturisasi Revlon, dalam pengajuan ke pengadilan.
“Dengan kekurangan bahan-bahan yang diperlukan di seluruh portofolio perusahaan, persaingan untuk bahan apapun yang tersedia menjadi sangat ketat,” paparnya.
Pandemi COVID-19 telah memperpanjang waktu pengiriman kapal sejak 2020, imbasnya mendorong biaya pengiriman, sementara konflik Rusia-Ukraina dan lockdown di Shanghai telah menambah parah gangguan rantai pasokan tahun ini.
Saham Revlon turun sebanyak 44% pada perdagangan hari Kamis, waktu setempat saat pengajuan kebangkrutan dan sebelum ditutup kehilangan 13%.
Baca Juga: Penggunaan Kosmetik Lokal Diproyeksikan Terus Berkembang
Lihat Juga: Intip Sejarah Merpati Airlines, Maskapai Kebanggaan yang Kini Bangkrut