Seperti diketahui Amerika Serikat (AS) sudah memberlakukan embargonya pada impor Rusia sejak bulan Maret 2022, hanya beberapa hari setelah Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina. Sedangkan Uni Eropa (UE) pada prinsipnya baru mencapai sepakat bulan lalu untuk secara bertahap memotong 90% impor minyaknya dari Rusia hingga akhir tahun ini.
Putin mengatakan, Barat tidak akan dapat sepenuhnya berhenti menggunakan sumber daya energi Rusia selama beberapa tahun ke depan. Baca Juga: Harga Bensin Menggila di Eropa, Analis: Penyuling Minyak Sedang Mencetak Uang
“Sejauh mana penolakan terhadap sumber daya energi kita, saya rasa ini tidak mungkin untuk beberapa tahun ke depan. Meski belum jelas apa yang akan terjadi selama beberapa tahun selanjutnya. Itu sebabnya, tidak ada yang akan menuangkan semen ke dalam sumur,” kata Putin dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan pengusaha muda.
Sementara itu produksi minyak mentah Rusia turun sekitar 9% pada bulan April, tetapi telah meningkat secara stabil sejak saat itu, meskipun ada sanksi besar-besaran terhadap Rusia. Pasalnya Moskow mengalihkan ekspor minyaknya ke Asia, terutama ke India dan China.
Baca Juga: Membongkar Fakta-fakta Siapa Saja Penadah Minyak Rusia dan Mantan Pembelinya
Rusia mungkin mendapatkan lebih banyak pendapatan dari bahan bakar fosilnya saat ini daripada sebelum dimulainya apa yang Putin sebut sebagai ‘operasi militer khusus’ di Ukraina. Hal itu diakibatkan karena kenaikan harga global mengimbangi dampak upaya Barat untuk membatasi penjualannya, seperti disampaikan utusan keamanan energi AS, Amos Hochstein.
Putin mengatakan, sanksi itu telah menyebabkan penurunan pasokan minyak ke pasar global, sementara harga naik. “Pendapatan perusahaan (Rusia) meningkat dalam hal uang. Semua orang melihatnya, semua orang mengerti,” ucap Putin.
Lihat Juga: China Lockdown Lagi, Harga Minyak Mentah Terkoreksi