Baca juga: Ekonom: Investasi Telkom di GOTO Ramai Karena Dipolitisasi
“Ada kemungkinan perusahaan-perusahaan BUMN enggan berinvestasi. Jadi ada underinvestment namanya. Efeknya tentu enggak akan bagus,” tutur Eddy Junarsin, pengamat ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) dikutip Jumat (17/6/2022).
Eddy menjelaskan, sebenarnya yang berhak untuk mempertanyakan investasi anak perusahaan BUMN seperti halnya Telkomsel di GOTO adalah pemilik saham mayoritas dan komisaris, bukan politisi. Apalagi investasi ini merupakan bagian dari rencana pengembangan bisnis perusahaan.
“Kalau investasi yang tidak sesuai dengan core bisnis tapi ada manfaatnya, kan bisa minta penjelasan,” jelasnya.
Lebih lanjut Eddy menambahkan, pembentukan panja bisa menghambat dirut Telkom dan Telkomsel untuk melakukan modernisasi perusahaan, termasuk mengoptimalkan potensi pasar yang baru akibat tumbuhnya digitalisasi. Apalagi, jika mencermati investasi Telkomsel di GOTO, semuanya telah melalui prosedur yang berlaku.
Dalam investasi Telkomsel di GoTo, semua tata kelola perusahaan sudah terpenuhi. Bahkan juga mendapatkan restu dari Telkom dan Singtel sebagai pemilik 35%saham Telkomsel.
Sementara itu, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menjelaskan bahwa investasi Telkomsel di GOTO sudah sesuai dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Menurutnya, investasi itu telah melalui proses dan inisiasi yang dilakukan oleh tim. Meskipun inisiatif investasi dilakukan oleh Telkomsel, ide tersebut kemudian disetujui oleh Singtel.
Baca juga: NasDem Rekomendasikan Anies, Andika, Ganjar di Pilpres 2024
“Investasi di telekomunikasi digital selaras dengan strategi penguatan tiga pilar, yaitu konektivitas digital, platform, dan layanan digital,” ujar Ririek.
Lihat Juga: 5 BUMN yang Memberikan Gaji Besar untuk Fresh Graduate, Nomor 4 Capai Rp 10 Juta