Baca juga: Startup Dihantam Gelombang PHK Disebut Bukan Hal Besar, Hanya Efisiensi
Menurut Wawan Dhewanto, Profesor Kewirausahaan SBM ITB, fenomena start-up bubble ini mirip dengan fenomena dotcom bubble yang terjadi pada awal tahun 2000an. Pada awalnya, ekspektasi investor terhadap perusahaan dotcom sangat tinggi, sehingga nilai pasar perusahaan dot.com meningkat tajam (dot.com bubble).
“Setelah beberapa waktu, investor bersikap lebih rasional, sehingga beberapa perusahaan dot.com tumbang sedangkan beberapa dotcom yang mampu memberikan solusi bagi pasar bertahan sampai dengan saat ini,” katanya.
Hal yang mirip terjadi saat ini. Pada awalnya ekspektasi investor terhadap perusahaan startup sangat tinggi, sehingga membuat valuasi startup melambung.
“Saat ini, secara umum industri startup akan terus tumbuh, tetapi laju pertumbuhannya tidak akan setinggi sebelumnya,” beber dia.
Investor akan lebih hati-hati melihat model bisnis yang dimiliki startup. Startup yang bertahan adalah startup yang memiliki model bisnis yang tepat, yang mampu menghasilkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan pasar (product-market fit).
Baca juga: Kapolda Sumbar Sebut Kota Padang Pusat Khilafatul Muslimin
Selain itu, startup yang bertahan adalah startup yang mampu mengadaptasi model bisnis sesuai dengan dinamika pasar (business model pivot). Startup yang memiliki model bisnis yang tepat ini diharapkan akan mampu memonetisasi solusi yang ditawarkan kepada pasar.
Lihat Juga: SBR011 Bisa Dibeli Mulai Hari Ini, Bibit: Alternatif Passive Income yang 100 Persen Dijamin Negara