Perpustakaan Kuno Tanoh Abee, Warisan Endatu Yang Melegenda di Nusantara - NOA.co.id
   

Home / Advetorial

Minggu, 16 Oktober 2022 - 01:24 WIB

Perpustakaan Kuno Tanoh Abee, Warisan Endatu Yang Melegenda di Nusantara

REDAKSI

Pintu Masuk Perpustakaan Tanoh Abe

Pintu Masuk Perpustakaan Tanoh Abe

NOA | Aceh Besar – Aceh memang mempunyai khasnya sendiri selain makanan lokasi wisata yang indah, negeri berjuluk Serambi Mekkah itu rupanya juga mempunyai salah satu perpustaan islam yang menarik untuk dilirik. Perpustakaan itu disebut dengan nama Perpustakaan Tanoh Abee.

Keberadaan perpustakaan Tanoh Abee tak terlepas dari sejarah pendirian sebuah pesantren (dayah) yang dibangun oleh ulama asal negeri Baghdad, Fairus Al-Bagdadi, yang datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Dari literatur yang ada, Dayah Tanoh Abee merupakan salah satu institusi penting di Asia Tenggara dan menjadi model intelektual dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda.

Perpustakaan Tanoh Abee berada di Desa Tanoh Abee, Kecamatan Seulimuem, Kabapaten Aceh Besar. Menurut hasil penelitian Arkeologi Islam Indonesia, perpustakaan tersebut merupakan satu-satunya perpustakaan Islam tertua di Nusantara, bahkan termasuk perpustakaan Islam yang paling tua di Asia Tenggara.Tidak jarang karena sebab itu banyak wisatawan baik lokal maupun wisatawan Manca Negara mengunjungi Perputakaan tesebut.

NOA sempat mencoba mengali-gali informasi yang tersimpan di atas bagunan yang konon kata telah berdiri ratusan tahun.

Lokasinya lumayan jauh berkisar sekitar 42 Kilometer dari Kota Banda. Dari Banda Aceh, nantinya pengunjung harus menyewa mobil yang akan membawa mereka ke Kecamatan Seulimum. Dari pusat kecamatan, pengunjung akan menyusuri jalan desa sebelah utara dengan jarak sekitar tujuh kilometer untuk kemudian sampai ke lokasi pesantren.

Baca Juga :  Bimas Islam Kemenag Aceh Besar Monev Perpustakaan Masjid

Namun jarak jauh tersebut nyatanya bisa terobati saat pertama sekali melihat bangunan Perpustakaan Tanoh Abee yang sangat sederhana dan masih begitu asri.

Tentu lokasi-lokasi yang seperti ini sulit ditemukan di perkotaan.

Detailnya seluruhnya bangunan terbuat dari kayu, dengan rak-rak buku apa adanya. Buku-bukunya pun kebanyakan juga berusia cukup tua dan diperlukan kehati-hatian untuk menyentuh juga membacanya.

Pintu Masuk Perpustakaan Tanoh Abe

Informasi yang dihimpun, Arkeologi Islam Indonesia pernah menuturkan bahwa Perpustakaan tesebut merupakan satu-satunya perpustakaan Islam di Nusantara juga tertua di Asia Tenggara.

Tapi informasi ini hanya sekilas belum ada informasi lanjutan mengenai kapan pastinya perpustakaan tesebut dibangun.

Sementara bila melihat catatan yang dikutip dilokasi  menyampaikan bahwa pembangunan perpustakaan ini berbarengan dengan pendirian dayah atau pesantren oleh seorang ulama asal Irak yang datang ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda yakni 1607-1636 M.

Selama 400 tahun disebut bahwa perpustakaan ini dikelola oleh keluarga pendiri pesantren secara turun-temurun, yang saat ini diketahui dikelola oleh generasi kesembilan.

Baca Juga :  Wanita Honorer di Aceh Besar Jadi Korban Curas, 5 Mayam Emas dan HP Dibawa Kabur
Papan Pemberitahuan Perpustakaan Tanoh Abe

Sementara untuk puncak ke emasannya saat itu kabarnya berada ditangan Syekh Abdul Wahab, yang juga dikenal sebagai Teungku Chik Tanoh Abee. Beliau wafat pada 1894 dan dimakamkan di lokasi tidak jauh dari Pesantren tempat perpustakaan tesebut.

Bersama dengan kakeknya, Syekh Abdul Wahab mereka berupaya mengumpulkan naskah-naskah dari para ulama besar Tanoh Abee dan seluruh Aceh.

Menariknya, Syekh Abdul Wahab rela mengabdikan hidupnya demi memajukan perpustakaan tersebut.

Ia bahkan memiliki keinginan mulia untuk membangun sebuah perpustakaan Islam yang terbesar di Asia Tenggara, yang kelak dapat menjadi tujuan para santri dari berbagai negara.

Hingga kemudian memasuki akhir abad ke-18, tercatat sekitar 10 ribu buku tersimpan di perpustakaan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, koleksi buku tersebut menjadi rusak dan tidak terawat.

Bahkan kini hanya bersisa sebanya 3000 buku yang  tersimpan dirumah penerus generasi ke sembilan.

Berkat jasa dan ketekunannya dalam mengumpulkan naskah-naskah tadi, terutama yang diperoleh dari keluarganya, dunia keilmuan masih bisa menyandarkan informasinya pada sumber-sumber lokal yang genuine (asli), khususnya berkaitan dengan sejarah perkembangan sosial intelektual keagamaan di Aceh sejak abad ke-16. Hingga kini, naskah-naskah tersebut tersimpan di Dayah Tanoh Abee, meski dengan standar perawatan yang belum maksimal.

Baca Juga :  Tingkatkan Kapasitas Kebencanaan, Japan International Cooperation Agency Kunjungi Museum Tsunami Aceh

Keberadaan naskah-naskah Tanoh Abee ini menjadi semakin terasa penting terutama setelah hancur dan musnahnya beberapa lembaga penyimpan dokumen bersejarah, seperti Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh  dan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional akibat gempa dan tsunami pada 26 Desember 2004 lalu.

Buku-buku yang telah berusia tua di Perpustakaan Tanoh Abe

Bahkan sangkin hebatnya perpustakaan Tanoh Abee memang tidak bisa terbatahkan dari  salah satu perpustakaan yang populer di kalangan sarjana Islam dari berbagai negara.

Hal tersebut terlihat dari buku tamu yang tersimpan di rumah pengelola,

di mana di dalamnya tertera sejumlah nama pengunjung dari negara-negara Eropa, Australia, Amerika Serikat, Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika.

Bahkan ada yang sebagian besar datang dan tinggal di daerah perpustakaan selama berhari-hari untuk meneliti sebagian, atau semua naskah dalam rangka keperluan pembuatan tesis atau buku.

Dengan demikian tak ditampik jika Perpustakaan Tanoh Abee bisa menjadi salah satu destinasi dalam wisata edukasi dan sejarah. (ADV)

Share :

Baca Juga

Advetorial

Perkembangan Bahan Bakar Mineral Ekspor Aceh Meningkat 10 Persen

Advetorial

Disbudpar Aceh Akan Gelar Pelatihan Kesenian Bagi Guru PAUD dan Pelatih Sanggar

Advetorial

Plt Sekda Aceh Terima Laporan Penyerahan Hasil Pemeriksaan BPK

Advetorial

Disbudpar Aceh Bangun Dermaga Wisata Desa Nusa

Advetorial

Tingkatkan Promosi Produk Aceh, Disperindag Akan Laksanakan Business Matching Indonesia (Aceh) – Malaysia (Kedah)

Advetorial

Vaksinasi Pemerintah Aceh di Museum Aceh Capai 810 Persen Untuk Dosis Pertama

Advetorial

Yuk! Lihat Pameran Kaset Jadul di Koetaradja Music Festival

Advetorial

Kembangkan Ekowisata, Kadisbudpar Aceh Gandeng Komunitas Pecinta Alam

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!