Perburuan Trenggiling, Kapan berakhir? - NOA.co.id
   

Home / Hukrim / Peristiwa

Rabu, 11 Desember 2024 - 16:52 WIB

Perburuan Trenggiling, Kapan berakhir?

FARID ISMULLAH

18 karung goni berisikan sisik trenggiling hasil tangkapan Polda Sumut, Kabupaten Asaha, Kamis (11/11/2024). (Foto : Ditjen KSDAE - Polda Sumut - Balai Besar KSDA Sumatera Utara).

18 karung goni berisikan sisik trenggiling hasil tangkapan Polda Sumut, Kabupaten Asaha, Kamis (11/11/2024). (Foto : Ditjen KSDAE - Polda Sumut - Balai Besar KSDA Sumatera Utara).

Medan – Tim gabungan Penegakkan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama Polisi Militer Kodam (Pomdam) I/Bukit Barisan, dan Polda Sumatera Utara menggagalkan penjualan 1.180 kg sisik Trenggiling (Manis javanica) dalam operasi gabungan penindakan peredaran tumbuhan dan satwa liar dilindungi di Kisaran, Kabupaten Asahan, Senin (11/11).

“Dalam operasi penindakan tersebut, Tim mengamankan empat pelaku, yaitu AS (45 tahun) warga sipil, tiga orang diduga anggota TNI dan Polri, yakni MYH (48 tahun), RS (35 tahun) dan AHS (39 tahun),” Kata Analis Tata Usaha, Balai Besar KSDA Sumatera Utara, Evansus Renandi Manalu, 12 Desember 2024.

Dilansir dari Tempo.com, Di lokasi pertama di loket bus PT Rafi di jln. Jenderal A. Yani Kisaran ditemukan barang bukti 9 kardus berisi sisik trenggiling berjumlah 322 kg. Kemudian di lokasi kedua, di gudang rumah MYH di Kelurahan Siumbat-umbat, Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, ditemukan barang bukti 21 karung berisi sisik trenggiling seberat 858 kg.

Penyidik Gakkum Kementerian LHK Wilayah Sumatera telah menetapkan AS sebagai tersangka atas tindak pidana menyimpan, memiliki, mengangkut dan/atau memperdagangkan specimen, bagian-bagian atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa yang dilindungi. Tersangka AS ditahan di rumah tahanan Tanjung Gusta Medan, sedangkan dua tersangka yakni MYH dan RS dalam penyelidikan Denpom I/1 Pematangsiantar. Satu pelaku lainnya yakni AHS dalam penanganan Polres Asahan.

Baca Juga :  Banjir dan Lonsor Melanda Dua Kabupaten di Sulawesi Selatan  

Direktur Jenderal Penegakkan Hukum Kementerian LHK, Rasio Ridho Sani, mengatakan untuk mendapatkan 1.180 kg sisik trenggiling, sekitar 5.900 trenggiling dibunuh. Lebih lanjut Rasio Ridho Sani mengungkapkan valuasi ekonomi yang dilakukan Kementerian LHK bersama dengan ahli dari IPB University, bahwa 1 ekor trenggiling mempunyai nilai ekonomis berkaitan dengan lingkungan hidup sebesar Rp. 50,6 juta. Untuk mendapatkan 1 kg sisik trenggiling, 4-5 ekor trenggiling dibunuh. Dengan dibunuhnya 5.900 ekor trenggiling, maka kerugian lingkungan mencapai Rp. 298,5 miliar.

Pengungkapan kasus perdagangan sisik trenggiling dalam skala besar sepanjang tahun 2024, khususnya di Provinsi Sumatera Utara bukanlah yang pertama kali.

Sebelumnya Tim Penyelidik dari Subdit IV Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Polda Sumatera Utara mengungkap kasus yang sama, pada Minggu (8/8) yang lalu, dengan mengamankan 18 karung goni plastik yang berisi sisik trenggiling seberat 987,22 kg.

Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Hadi Wahyudi, dalam konferensi pers menyampaikan bahwa pengungkapan kasus ini berawal dari kegiatan penyelidikan terhadap aktivitas penyimpanan dan perdagangan bagian tubuh hewan yang dilindungi.

“khususnya sisik trenggiling di sebuah rumah yang terletak di jalan Cermai, Pasar VIII, Kelurahan Sijambi, Kecamatan Datuk Bandar, Kota Tanjung Balai,” Kata Hadi Wahyudi.

Baca Juga :  Kasat Reskrim Polres Aceh Timur Sampaikan Materi Dalam Sosialisasi Pengawasan Pilkada Serentak 2024

Dikutip dari medan.inews.id, Dalam pengungkapan tersebut, polisi mengamankan para pelaku diantaranya AH alias Dedek dan R alias Anne. AH berperan sebagai pemilik dan pengepul sisik trenggiling, sedangkan R berperan sebagai briker yang menawarkan sisik trenggiling tersebut ke media sosial.

Terungkapnya dua kasus besar dalam rentan waktu yang tidak terlalu lama (hanya selisih 3 bulan) tentunya sangat mengejutkan. Sejumlah pertanyaan tentunya muncul: Ada apa di Sumatera Utara ? Mengapa peristiwa perdagangan sisik trenggiling bisa jor-joran terjadi dan dalam jumlah yang cukup spektakuler?  Adakah mafia atau jaringan dibelakangnya, mengingat ditemukannya keterlibatan sejumlah oknum TNI dan kepolisian?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi menarik untuk diungkap. Pihaknya memberi kepercayaan penuh kepada aparat penegak hukum untuk membongkar dan mengungkapnya karena memang mereka punya kapasitas untuk itu.

“Namun yang tak kalah  pentingnya juga adalah menelusuri keberadaan satwa trenggiling yang terkesan seolah-olah begitu gampangnya didapat/diperoleh sehingga menjadi sasaran empuk bagi pemburu untuk mendapatkannya. Benarkah satwa ini over populasi, ataukah sebaliknya itu hanya tinggal sisa-sisa sebelum menuju kepunahan” Ujar Evansus.

Mengapa peristiwa ini berulang-ulang kerap terjadi? Tentunya ada banyak faktor, dan salah satu diantaranya menurut hemat penulis karena selama ini belum adanya keutamaan baik dalam kebijakan maupun dalam tindakan untuk benar-benar fokus menyelamatkan satwa ini.

Baca Juga :  Polisi Berhasil Ungkap Kasus Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur di BM

Satwa ini masih dianggap belum seksi seperti satwa-satwa kunci lainnya Harimau Sumatera, Orangutan, Gajah, dan lain-lain. Bicara trenggiling bicara kasuistik, artinya ketika ada kasus penangkapan atau pengungkapan oleh aparat penegak hukum barulah semua heboh. Tapi setelah itu kembali ke kondisi semula, menunggu kasus berikutnya lagi.

“Semua orang paham bahwa trenggiling mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di alam. Namun pemahaman itu hanya bersifat statis. Tidak ada upaya atau langkah-langkah konkrit untuk menyelamatkannya” Tambahnya.

Tulisan sederhana ini hanya ingin mengetuk hati kita untuk menempatkan dan memberi porsi yang sama kepada semua keanekaragaman hayati dengan tanpa meninggikan jenis tertentu serta merendahkan atau bahkan mengabaikan jenis yang lainnya.  Sekecil apapun itu, keberadaan mereka penting di alam untuk saling melengkapi.

Trenggiling sama seperti satwa-satwa lainnya, juga butuh pertolongan kita untuk diselamatkan dari kepunahan. Tunggu apalagi…. Mari segera bergerak dan bertindak

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara – Ditjen KSDAE.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Diduga Curi Arsip Negara, Tiga Warga Aceh Jaya Diamankan Polisi

Hukrim

Diduga Curi Arsip Negara, Tiga Warga Aceh Jaya Diamankan Polisi
Hendak Antar Sabu ke Bireuen, Seorang Tukang Bangunan di Pidie Ditangkap

Hukrim

Hendak Antar Sabu ke Bireuen, Seorang Tukang Bangunan di Pidie Ditangkap
Tertibkan Penambang Emas Ilegal, Polres Nagan Raya Lakukan Patroli Gabungan

Daerah

Tertibkan Penambang Emas Ilegal, Polres Nagan Raya Lakukan Patroli Gabungan
Tiga Pelajar Meninggal Dunia akibat Laka Lantas di Aceh Barat  

Aceh Barat

Tiga Pelajar Meninggal Dunia akibat Laka Lantas di Aceh Barat  
Misteri Kaburnya 24 Imigran Rohingya dari Aceh Selatan

Hukrim

Misteri Kaburnya 24 Imigran Rohingya dari Aceh Selatan
Indonesia Nol Serangan Teroris, Menko Polkam Tetap Minta Semua Pihak Waspada

Hukrim

Indonesia Nol Serangan Teroris, Menko Polkam Tetap Minta Semua Pihak Waspada
Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Sadis di Aceh

Hukrim

Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Sadis di Aceh
Kapolda Aceh Musnahkan 11 Hektar Ladang Ganja di Aceh Besar

Hukrim

Kapolda Aceh Musnahkan 11 Hektar Ladang Ganja di Aceh Besar