PIDIE JAYA –Kabupaten Pidie Jaya dijuluki sebagai Nangroe Japakeh Keuneubah Ulama tentunya bukan hanya sebuah sebutan semata,
Namun hal tersebut bertolak belakang dalam perjalanan roda pemerintahan kabupaten Pidie Jaya, yang mana julukan Nangroe Japakeh Keuneubah Ulama seolah olah hany coretan tinta semata.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua PD Parmusi Kabupaten Pidie Jaya Nazaruddin Ismail kepada medi ini, Kamis ( 13/7/2023)
Ustadz Am Sapaan Akbar Nazaruddin Ismail mengisahkan, pelaksanaan MTQ yang menjadi hajatan besar masyarakat dan sudah menjadi agenda kalendar nasional baik di tingkat Pusat, Provinsi bahkan Kabupaten/ kota yang ada di Indonesia
Kabupaten Pidie Jaya adalah salah satu kabupaten yang tidak pernah luput melaksanakan kegiatan tersebut, Kita ketahui bahwa dulu semenjak Pidie Jaya lahir, mulai tahun 2009 sampai tahun 2018 Pidie Jaya tidak pernah absen menyelenggarakan MTQ tingkat Kabupaten, dan tidak pernah alpa mengikuti MTQ tingkat Provinsi, Kisah Ustaz Am
Lanjutnya , Rasanya begitu sedih bercampur malu, dikala kita membaca berita dan melihat postingan para netizen yang begitu sumringah dan bahagia dengan pelaksanaan MTQ di dua Kabupaten tetangga yaitu Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Pidie yang telah mengimplementasikan visi dan misi Kabupaten tersebut dalam mengisi Pelaksanaan Syariat Islam sangat baik, bukan hanya tertulis di buku RPJM semata
Dua Kabupaten tersebut baru saja melaksanakan event keagamaan yang penuh edukasi dan pembinaan untuk para qari/qariah, hafidz/hafidzah sebagai persiapan peserta untuk mengikuti MTQ tingkat Provinsi Aceh di Kabupaten Simeuleu.
Ini sangat berbalik fakta dengan Kabupaten Pidie Jaya yang dijuluki Nanggroe Japakeh selaku keuneubah Ulama, yang luput dari pelaksanaan MTQ, Apa alasannya, kalau berdalih karena Covid-19, sudah lewat, Kalau berbicara anggaran, tidak terlalu besar, hanya berkisar dari 1 M atau 1,2 Milyar,
Sementara untuk anggaran lainnya dipaksakan harus ada, Kenapa dengan MTQ mereka lupa. Kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Pelaksanaan Syariat Islam di Pijay terkesan cilet – cilet dan mati suri. Jelas Ustadz Am
Dulu, dalam pelaksanaan MTQ di tingkat Provinsi, Kabupaten Pidie Jaya bisa mempertahankan peringkatnya di 10 Besar,
” Apa yang salah dengan Pidie Jaya ini, Kita tidak menyalahkan siapapun, namun semua itu perlu perhatian kita semua untuk memberi saran dan masukan disaat pemimpin kita lupa dan lalai dalam melaksanakan tugasnya, ibarat kita mengingatkan Imam dalam shalat karena lupa rakaatnya ” sambungnya
Lanjutnya, Kami selaku pemerhati sosial keagamaan, merasa sangat prihatin dengan kejadian seperti ini, Pidie Jaya ibarat sudah kehilangan roh dan jati diri, sungguh sangat memalukan. Padahal banyak bibit – bibit atau generasi qurani yang tersebar di seluruh pelosok – pelosok Pidie Jaya yang harus tertahan bakatnya untuk bisa tampil di MTQ,
Lebih lanjut Ustaz Am menambahkan, Bakat dan hajatan mereka terhenti dikala pemerintah kurang peduli, sehingga mereka hanya bisa gigit jari, tidak bisa untuk menunjuk prestasi sebagai bukti mereka bisa sungguh sungguh mengikuti MTQ.
Banyak diantara mereka dan pemerhati MTQ mengeluh dengan kejadian ini. Karena Kabupaten Pidie Jaya luput dalam pelaksanaan MTQ. Namun apa hendak dikata, inilah nasib Nanggroe Japakeh yang sekarang ini masih banyak ketertinggalan di semua lini.
Tidak peduli apa yang dirasakan oleh masyarakat. Kita doakan semoga Pidie Jaya ke depan baik – baik saja dan selalu dalam lindungan dan ridha Allah SWT. Pungkasnya (**)