Museum Tsunami Aceh dan PBB di Indonesia Luncurkan Pameran Foto - NOA.co.id
   

Home / Internasional

Kamis, 6 Februari 2025 - 12:05 WIB

Museum Tsunami Aceh dan PBB di Indonesia Luncurkan Pameran Foto

FARID ISMULLAH

Pj Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal (Pertama Kiri) Bersama Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC) Miklos Gaspar (Tengah) saat membuka pameran foto permanen mengenang ketangguhan masyarakat Aceh di Museum Tsunami, Banda Aceh, Kamis (6/2/2025). (Foto : Farid Ismullah/NOA.co.id).

Pj Wali Kota Banda Aceh, Almuniza Kamal (Pertama Kiri) Bersama Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC) Miklos Gaspar (Tengah) saat membuka pameran foto permanen mengenang ketangguhan masyarakat Aceh di Museum Tsunami, Banda Aceh, Kamis (6/2/2025). (Foto : Farid Ismullah/NOA.co.id).

Banda Aceh – Museum Tsunami Aceh, bekerja sama dengan Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC), secara resmi meluncurkan “Setelah Gelombang Reda” sebuah pameran foto permanen yang mengenang ketangguhan masyarakat Aceh serta respons kemanusiaan global setelah tsunami Samudra Hindia tahun 2004, Kamis.

Kepala Museum Tsunami Aceh, Syahputra Azwar, menekankan pentingnya pameran ini dalam menjaga ingatan kolektif dan mendidik generasi mendatang.

“Pameran ini adalah bukti dari semangat kolaborasi yang telah terjalin sejak proses pemulihan Aceh pasca-tsunami,” Kata Putra, 6 Januari 2025.

Ia menegaskan bahwa pameran tersebut bukan sekadar dokumentasi sejarah, tetapi juga pengingat akan pentingnya solidaritas global dalam menghadapi bencana.

“Kami berharap masyarakat, khususnya generasi muda, dapat memperoleh pelajaran berharga dari perjalanan pemulihan Aceh. Setiap foto yang ditampilkan tidak hanya menangkap momen dalam sejarah, tetapi juga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana di masa depan,” tambah Putra.

Direktur Pusat Informasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIC) Jakarta, Miklos Gaspar, menegaskan bahwa pameran ini mencerminkan aksi kolektif yang membentuk pemulihan Aceh.

“Pasca-tsunami, dunia bersatu untuk membantu Aceh bangkit. Melalui foto-foto ini, kita melihat bagaimana UNICEF memastikan anak-anak tetap dapat belajar, bagaimana UNDP berperan dalam membangun kembali infrastruktur, bagaimana UNESCO memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana, serta bagaimana berbagai badan PBB berkontribusi dalam memulihkan layanan kesehatan dan mata pencaharian. Pameran ini bukan hanya penghormatan terhadap upaya tersebut, tetapi juga pengingat akan pelajaran yang telah kita peroleh untuk meningkatkan respons kemanusiaan di masa depan,” ujar Gaspar.

Baca Juga :  Kemlu RI : Diduga memalsukan visa haji, 24 WNI diamankan otoritas keamanan Saudi Arabia

Pameran tersebut diselenggarakan di Museum Tsunami Aceh, pameran ini mengabadikan perjalanan pemulihan yang mendalam, mulai dari kehancuran akibat bencana pada 26 Desember 2004 hingga upaya rekonstruksi yang dilakukan setelahnya. Melalui gambar-gambar yang kuat, pameran ini menceritakan kisah tentang bertahan hidup, solidaritas, dan pembaruan.

Menyoroti peran penting yang dimainkan oleh berbagai badan PBB dalam mendukung pemerintah Indonesia, baik dalam respons darurat maupun upaya rekonstruksi jangka panjang. Lembaga-lembaga seperti ILO, IOM, UN-Habitat, UNDP, UNFPA, UNESCO, UNHCR, UNICEF, UNOCHA, UNOPS, WFP, dan WHO bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, organisasi lokal, serta relawan dalam memulihkan kehidupan dan komunitas yang terdampak.

Foto-foto yang ditampilkan dalam pameran ini menyoroti berbagai tonggak penting dalam pemulihan Aceh pasca-tsunami, termasuk rekonstruksi Pelabuhan Ulee Lheue, pembangunan rumah dan fasilitas medis, pemulihan layanan kesehatan, serta inisiatif yang mendukung lapangan kerja dan pendidikan.

Baca Juga :  Fashion Diplomacy Usung Isu Keberlanjutan Produk Fashion Indonesia  

Setelah peluncuran pameran, Miklos Gaspar akan mengunjungi Makam Massal Tsunami di Ulee Lheue serta Monumen Tsunami di Lampulo, tempat sebuah kapal nelayan tersapu hingga ke atap rumah—pengingat nyata akan dahsyatnya gelombang tsunami pada 26 Desember 2004.

Kunjungan tersebut menjadi penghormatan bagi para korban sekaligus simbol ketangguhan masyarakat Aceh dalam menghadapi tragedi.

Pameran ini diharapkan menjadi ruang permanen untuk refleksi, pembelajaran, dan advokasi kesiapsiagaan bencana. Dengan menampilkan momen-momen ketangguhan serta kerja sama internasional, pameran “Setelah Gelombang Reda” menegaskan pentingnya persatuan dalam menghadapi krisis.

Museum Tsunami Aceh didirikan pada tahun 2007 sebagai peringatan terhadap gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Selain berfungsi sebagai tempat mengenang, museum ini juga menjadi pusat edukasi bencana bagi masyarakat.

Saat ini, museum tersebut memiliki sekitar 478 koleksi, yang terdiri dari berbagai artefak, dokumentasi, serta instalasi interaktif yang menggambarkan besarnya dampak bencana dan upaya mitigasi di masa depan.

Museum ini telah menjadi salah satu destinasi wisata edukasi utama, menarik perhatian wisatawan lokal maupun internasional. Pada tahun 2024, museum ini mencatat total 326.680 pengunjung, termasuk 20.384 wisatawan mancanegara dan 306.296 wisatawan domestik.

Baca Juga :  Pelindungan WNI dan Diaspora Prioritas Diplomasi salah satu Asta Cita

Jumlah pengunjung meningkat signifikan saat musim liburan, ketika museum ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.

PBB di Aceh

Perserikatan Bangsa-Bangsa, melalui badan-badan khususnya, terus mendukung berbagai inisiatif di Aceh, Indonesia, yang berfokus pada ketahanan, inklusivitas, dan pembangunan berkelanjutan. UNODC, bekerja sama dengan BNPT melalui STRIVE Juvenile Project, berupaya mencegah dan menangani ekstremisme kekerasan yang mempengaruhi anak-anak dengan menghentikan perekrutan oleh kelompok teroris, mendukung rehabilitasi dan reintegrasi, serta memperkuat ketahanan komunitas.

UNICEF, dengan dukungan Joint SDG Fund, memperkuat kapasitas Baitul Mal Aceh (BMA) dalam menerapkan program perlindungan sosial inklusif, yang memberikan manfaat bagi ribuan anak rentan di seluruh Aceh.

IOM menyediakan dukungan pendidikan bagi anak-anak pengungsi, memastikan akses ke pendidikan formal dan pembelajaran berbasis teman sebaya. ILO, melalui proyek PROMISE II IMPACT, mendorong pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi dengan memperkuat akses keuangan bagi UMKM.

Selain itu, UNICEF, UNDP, dan UNOCHA bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan pengurangan risiko bencana yang sensitif terhadap anak serta memperkuat ketahanan masyarakat terhadap perubahan iklim dan bencana.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Internasional

Presiden Prabowo dan Biden akan Memperingati Bencana Tsunami Aceh

Internasional

Perkuat Kerjasama Aceh-Rusia, Wali Nanggroe Bawa Tiga Rektor Perguruan Tinggi ke Tatarstan

Hukrim

Dirjen Imigrasi : WNI Sasaran Empuk Sindikat Perdagangan Orang

Internasional

Wakil Duta Besar Australia mengaku Bangga dengan Warga Indonesia

Internasional

24 Imigran Rohingya yang Melarikan diri belum kembali

Hukrim

Gakkum KLHK Tindak WNA Korea Selatan Pelaku Tambang Ilegal dalam kawasan Hutan Lindung

Internasional

Kemlu RI melakukan pendampingan 15 ABK yang ditangkap di Australia

Internasional

Kemlu RI Proses Evakuasi 159 WNI dari Lebanon

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!