Banda Aceh – Wakil Gubernur Aceh Periode 2007-2012 H. Muhammad Nazar memenuhi undangan Kepala Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK) Darussalam Banda Aceh, Dr. Syaifullah Muhammad, ST, M. Eng, Kamis, 25 Juli 2024.
Syaifullah mengundang Nazar karena dulu sewaktu menjadi Wagub sangat sering mempromosikan dan membina langsung kaum petani nilam, serai wangi dan lain-lain, termasuk mencari pasar untuk produk itu dan membina koperasi-UKM para petani.
“Pak Nazar itu seorang pemimpin yang multi talen, ikhlas, menguasai ilmu umum dan agama, pro-pendidikan dan inovasi, aktivis yang sangat ideologis dan berani, seorang cendikiawan dan politisi ulung”, kata Saifullah
“Selama menjadi Wagub beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan merintis kembali jalan pembangunan dan kemajuan Aceh, beliau juga sejak dulu sudah memberikan kuliah umum di berbagai universitas hingga ke Harvard Univeristy dan lain-lain di Amerika, Asia dan Eropa padahal usianya kala itu masih sangat muda baru 27 tahun,” ungkap Syaifullah bangga kepada sang tokoh perjuangan sipil dan referendum Aceh itu.
Nazar tiba di kantor ARC Kamis pagi, 25 Juli 2024, sekitar pukul 10.00 WIB yang sengaja ditunggu dan acara presentasi pun telah disiapkan. Setelah saling bersalaman dan menyapa, Syaifullah dan para pengurus ARC segera memulai presentasi terkait nilam dan pengembangannya di beberapa kabupaten penghasil di Aceh seperti Gayo lues, Aceh Selatan, Aceh Jaya, Pidie-Pidie Jaya dan lain-lain.
Dalam presentasinya itu, selain menyampaikan apa yang telah dilakukan oleh ARC seperti purifikasi dan inovasi produk turunan dari bahan baku nilam hingga pemasaran, Syaifullah mengakui jika dulu Muhammad Nazar sering berbicara dan mempromosikan nilam Aceh.
Bahkan selama menjadi Wagub Aceh, pak Nazar pernah menyatakan beberapa kali jika nilam Aceh adalah nilam terbaik di dunia dan pernah diupayakan untuk menjadi Warisan Benda Dunia ke UNESCO bersama Tari Saman asal Gayo Lues, ungkap alumni master dan doktor jebolan Curtin University Perth Australia itu.
Dalam presentasinya di depan tokoh pejuang sipil Aceh yang namanya sedang dibicarakan rakyat sebagai calon Gubernur Aceh Pilkada 2024 tahun ini, Syaifullah juga menyampaikan bahwa ARC menargetkan tahun 2024 ini Aceh diharapkan dapat mengekspor 20 ton nilam Aceh ke berbagai negara.
“Dan semua produk nilam berasal dari Aceh, bukan dari luar lalu dijual lagi atas nama Aceh, tidak demikian, jadi kita ini benar-benar bekerja untuk kepentingan perekonomian Aceh dan tidak fiktif,” jelas Syaifullah di depan Nazar.
Ilmu Harus Bercahaya, Wajib Diperankan dan Harus Jadi Solusi Kemajuan
Usai presentasi yang disampaikan Kepala URC-USK, Nazar pun dipersilakan untuk mempresentasikan pemikiran dan gagasannya kepada ARC-USK.
Nazar yang dikenal juga sebagai mantan dosen, nara sumber dan trainer di berbagai forum ilmiah selain sebagai aktifis, penulis, orator dan politisi ulung langsung memulai presentasinya secara menarik yang membuat kepala URC-USK dan jajarannya yang hadir mengangguk-ngangguk dengan ekspresi takjub.
Di luar kepala dan begitu mengalir tanpa kendala, Nazar memulai menanggapi hasil presentasi kepala URC-USK dengan menyatakan, ‘ilmu dan teknologi itu harus bercahaya, di dalamnya harus ada ideologi agar memiliki energi mengubah dan menginovasi.
Harus diperankan untuk mencapai kesejahteraan, keadilan, kemajuan dan peradaban, jadi keberhasilan orang sekolah atau universitas itu bukan memproduksi jumlah ijazah dan sekedar jumlah sarjana yang banyak tetapi harus menghasilkan kebaikan dan kemudahan dalam berbagai bentuk kepada manusia, setidaknya kepada daerah dan masyarakat dimana lokasi dan instrumen pendidikan itu sedang hadir.
Dalam presentasi spontannya itu tanpa membaca konsep apapun, Nazar memuji langkah inovatif yang dilakukan ARC-USK dalam hal pengembangan minyak nilam.
Pendiri dan pemimpin tertinggi Partai SIRA itu mengharapkan agar lembaga ARC ini menjadi pembina dan penyedia bantuan teknis yang permanen kepada para petani nilam.
Menghasilkan nilai tambah dengan kreasi berbagai produk turunan yang layak ekspor dan dikonsumsi di pasar-pasar nasional serta regional.
Sehingga harga nilam akan tetap tinggi dan lebih menguntungkan para petani, sekaligus ikut membantu merekrut tenaga kerja.
Secara alamiah dan ilmiah dilihat dari ketersediaan lahan dan kesuburannya untuk berbagai tanaman sebenarnya Aceh ini dilarang miskin.
Bahkan secara teologis dan agama juga Allah SWT tidak memiskinkan para hamba-Nya, kecuali merekalah yang memiskinkan diri mereka sendiri dan orang lain, juga syaitan selalu hadir termasuk untuk memiskinkan dengan berbagai cara.
“Dan bahwa Tuhan itu memberi kekayaan dan kecukupan,” ujar Nazar menjelaskan dan ikut mengutip ayat-ayat al-Quran tentang ekonomi, kekayaan, kapitalisme yang berpadu sosialisme hingga diaspora manusia untuk tujuan kemajuan dan kesejahteraan.
Tokoh aktifis dan politisi senior Aceh itu menjelaskan, jika dalam al-Quran itu jauh lebih banyak membicarakan bagaimana cara bahagia dunia akhirat, keadilan, ilmu pengetahuan dan teknologi, anti penindasan dan sedikit saja membicarakan tentang hukuman.
“Kalau Islam dipahami secara terbatas apalagi jika memang ada kekuatan energi negatif yang bermain di Aceh maka yang digiring adalah bagaimana masyarakat atau komponennya selalu terfokus kepada menghukum, menghakimi, mencari kesalahan pihak lain dan berusaha membuka aib orang sedangkan ayat-ayat Al-Quran terkait perekonomian dan sumber daya manusia dilupakan atau setidaknya dipelintir sesuai keinginan pengelola energi negatif,” terang Nazar begitu inspiratif.
Ia menjelaskan, sebenarnya penerapan syariat tidaklah harus mengganggu perekonomian jika dipahami, ditafsirkan dan diaplikasikan secara benar dan kaffah, justru ia menguntungkan untuk melahirkan kesejahteraan, keadilan, kemajuan, perdamaian dan peradaban. Sebab, ilmu dan teknologi itu sendiri adalah bahagian sangat penting yang banyak diajarkan serta diinspirasikan oleh agama.
Bahkan jika orang mampu memahami teknologi dengan filosofis, baik dan sempurna maka ia bisa menemukan Tuhan, sehingga banyak ahli sains dan teknologi di Eropa dan Amerika yang non muslim bahkan atheis kemudian masuk Islam karena mempelajari sains dan penemuannya.
Nazar menerangkan dan mengusulkan, di Aceh Islam juga harus dapat diaktifkan dari sisi ajaran kapitalisme ekonomi yang berpadu sosialisme dengan menjadikan Aceh sebagai pusat produksi berbagai makanan dan produk apapun dengan brand terjamin halal karena nama Aceh sudah dikenal karena penerapan syariatnya. Sehingga Aceh tidak terjebak dalam interpretasi serta aplikasi hukuman jika berbicara syariat.
Dalam pengembangan nilam yang dilakukan ARC, Nazar sangat menginginkan jika URC-USK juga dapat menjadi Center of Excellent untuk perekonomian agro, terutama produk-produk unggulan yang bukan hanya nilam sehingga ilmu dan teknologi yang ditemukan benar-benar bermanfaat untuk kemajuan Aceh, bangsa dan negara. Terutama ia harus menjadi solusi anti kemiskinan dan penanggulangan pengangguran.
“Pemikiran saya tentang dunia agro di Aceh adalah haruslah dibina dan dikembangkan dari hulu hingga ke hilir. Siapapun penguasa di daerah ini, sewaktu saya memimpin sebagai Wagub bersama pak Irwandi pun saya memang selalu menginginkan dan telah berusaha merintis kemajuan sekitar agro, perikanan dan peternakan menjadi industri besar yang mensejahterakan rakyat,” ungkap Nazar mengingatkan kembali.
Nazar mengharapkan pengembangan nilam dan sektor agro lainnya dari hulu hingga ke hilir agar dapat menerapkan juga rumusan social entrepreneuship sehingga tujuan inti kesejahteraan rakyat tetap terwujud, jangan sampai hanya menguntungkan para pemodal dan tengkulak seperti terjadi selama ini.
Selain itu, Nazar juga mengharapkan dunia intelektual dan kampus dapat konsisten mengawasi kebijakan pemerintah daerah dan nasional untuk Aceh, agar konsistensi kebijakan strategis dan produktif dapat selalu berlanjut aktif meskipun setiap Pilpres dan Pilkada bisa menghasilkan pemimpin yang berganti-ganti karena demokrasi di dalam masyarakat memang lebih banyak diterjemahkan secara bebas, demokrasi memang tidak akan mampu mengatur pemilih secara otoriter sehingga proses, hasil dan kualitasnya pun sebagian besar sering bermasalah dan lalu berdampak pada kemunduran.
Menurut Nazar yang selama Wagub pernah merintis berbagai program pembangunan inovatif untuk Aceh di bidang sumber daya manusia, infrastruktur, perekonomian hingga sosial budaya dan agama, bahwa salah satu kelambanan laju pembangunan dan kemajuan di Indonesia, terutama Aceh adalah karena susahnya melanjutkan konsistensi kebijakan strategis, produktif dan inovatif di tangan pemerintah baru yang menggantikan pemerintah sebelumnya.
Usai mempresentasikan dan tanya jawab di URC, Nazar juga diminta untuk melihat laboratorium URC dan sejumlah teknologi produksi hingga purifikasi minyak nilam. Sang tokoh kharismatis Aceh itu juga dibawa ke laboratorium minyak nilam hingga ke galeri penjualan produk turunannya.
Sebelum berangkat ke acara lainnya, Nazar nampak membeli berbagai produk turunan minyak nilam hasil produksi dan inovasi URC-USK. Kepada masyarakat Nazar mengharapkan agar tidak perlu bingung kalau butuh minyak nilam dan berbagai produk turunannya, cukup menghubungi URC-USK di Darussalam Banda Aceh.
“Kita senang dan bangga dengan nilam Aceh dan produk turunannya yang mulai merambah ke pasar umum, pasti bermanfaat untuk banyak orang,” tutup Nazar sebelum kakinya beranjak keluar tempat galeri produk nilam yang dibina ARC-USK.
Penulis: Hidayat S
Editor: Amiruddin MK