Home / Hukrim / Nasional

Jumat, 22 November 2024 - 23:47 WIB

Modus TPPO dan TPPM di Era Digital

FARID ISMULLAH

Foto : Ilustrasi

Foto : Ilustrasi

Banda Aceh – Modus operandi Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia (TPPM) telah mengalami banyak perubahan. Teknologi dan platform digital memungkinkan para pelaku menjalankan aksinya dengan lebih cepat dan mudah.

Mereka tidak lagi menggunakan cara konvensional, melainkan memanfaatkan berbagai alat online untuk mendekati korban, seperti memasang iklan pekerjaan palsu atau membuat profil palsu untuk penipuan romantis.

Strategi ini sering berhasil membangun kepercayaan korban, sehingga mereka merasa aman dan tidak menyadari jebakan yang sebenarnya menanti.

Platform digital juga memberi kemudahan bagi pelaku untuk tetap tidak teridentifikasi, karena dunia maya memungkinkan anonimitas yang kuat. Mereka bisa dengan leluasa bergerak tanpa khawatir terdeteksi.

Baca Juga :  Menko Polhukam : Pentingnya Kerja Sama Komprehensif Untuk Berantas TPPO di Asia Tenggara

Kondisi ini menyulitkan pihak berwenang dalam melacak pelaku yang dapat mengubah identitas digital mereka dengan mudah atau bersembunyi di balik akun-akun anonim.

Alhasil, mereka bisa menjalankan kejahatan tanpa meninggalkan jejak yang langsung mengarah pada identitas asli mereka. Sering kali, informasi pribadi korban didapat melalui phishing, hacking, atau kebocoran data.

Setelah mendapatkan data ini, pelaku bisa memanfaatkannya untuk memeras atau mengancam korban. Informasi seperti alamat, kontak keluarga, atau riwayat keuangan membuat korban semakin sulit untuk melawan.

Baca Juga :  6 Orang Diperiksa Sebagai Saksi Dugaan Tipikor Dalam Impor Besi Atau Baja

Pelaku dapat menciptakan ketakutan dengan ancaman untuk menyebarkan data tersebut atau bahkan menghubungi keluarga korban jika korban tidak menurut.

Media sosial juga menjadi medium favorit para pelaku untuk menargetkan individu-individu rentan. Anak-anak, remaja, atau mereka yang sedang kesulitan ekonomi adalah sasaran utama.

Pelaku sering kali melakukan “grooming,” yaitu membangun hubungan yang penuh perhatian dan pengertian, sehingga korban merasa nyaman. Setelah korban merasa percaya dan terikat, pelaku dapat dengan mudah mengarahkannya ke dalam situasi eksploitasi yang sudah direncanakan.

Baca Juga :  91 WNI Diduga Korban TPPO, 44 Diantaranya bisa dipulangkan Ke Tanah Air

 

Pada akhirnya, teknologi digital memungkinkan transaksi yang sepenuhnya tanpa jejak fisik, membuat proses pelacakan kejahatan menjadi tantangan tersendiri.

Kondisi ini semakin memudahkan pelaku TPPO dan TPPM untuk melancarkan aksinya, sementara korban semakin terperangkap dalam jebakan yang sulit mereka hindari. Keberadaan platform digital yang kompleks membuat ruang bagi pelaku untuk beroperasi lebih leluasa, tanpa banyak risiko terdeteksi oleh aparat hukum.

TPPO dan TPPM melalui platform digital terus berkembang seiring kemajuan teknologi.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Hukrim

Satreskrim Polres Aceh Singkil Berhasil Ungkap Tiga Kasus pada Awal Tahun 2025

Nasional

Penetapan Komite Dewan Pers, Menko Polhukam: Laksanakan Tugas Secara Independen

Nasional

Di Negara Maju Rakyat Dibantu, Jika Butuh Izin Usaha Diberikan Bukan Ditangkap

Banda Aceh

Pemerintah Kota Banda Aceh Raih Predikat “Sangat Baik” dalam Evaluasi SPBE Tahun 2024

Nasional

Mendagri Minta Pemda Maksimalkan Dukungan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Penyelenggara Pilkada Serentak 2024

Hukrim

Cegah Judi Online di Warkop, Satreskrim Polresta Banda Aceh Pasang Spanduk

Aceh Besar

Kemenparekraf Ajak Aceh Besar Pamerkan Produk UMKM di Hotel Borobudur
ilustrasi

Nasional

Seorang Jamaah Haji Aceh Meninggal Dunia di Makkah