Menlu Retno : Tidak semua negara dapat menjadi mediator, tapi semua dapat berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian - NOA.co.id
https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3737086233511293
   

Home / Internasional

Selasa, 11 Juni 2024 - 23:00 WIB

Menlu Retno : Tidak semua negara dapat menjadi mediator, tapi semua dapat berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian

REDAKSI

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (Kedua Kanan) hadir di acara Oslo Forum, Norwegia. Selasa (11/6/2024). HO/Kemlu RI.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi (Kedua Kanan) hadir di acara Oslo Forum, Norwegia. Selasa (11/6/2024). HO/Kemlu RI.

Norwegia – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi hadir di acara Oslo Forum, Norwegia. Forum tersebut mengangkat tema “mediation against all odds”, Selasa.

“Tema tersebut sangat relevan di tengah terus meningkatnya konflik dan perang di dunia antara lain di Gaza dan Ukraina,” Kata Menlu Retno kepada Kantor Berita NOA.co.id, Selasa 11 Juni 2024.

Oslo Forum merupakan forum tahunan yang dilakukan oleh Norwegia, dimana para mediator dan negosiator dari berbagai negara diundang. Tahun ini merupakan keempat kalinya Menlu Retno diundang ke Oslo Forum tersebut.

“Hal ini didasari pertimbangan peran aktif yang terus dimainkan Indonesia, baik untuk isu Myanmar, Afghanistan, maupun Palestina,” Pungkas Menlu.

Melalui forum tersebut, Menlu Retno mendapatkan kehormatan untuk berdiskusi dalam satu panggung di bagian utama forum, yaitu di opening plenary, bersama dengan Perdana Menteri Norwegia, Presiden Somalia, dan State Minister dari Qatar dan sebagai moderator adalah wartawan senior BBC, Lyse
Doucet.

“Undangan untuk berpartisipasi dalam sesi pembukaan tersebut merupakan pengakuan terhadap peran Indonesia yang selalu aktif dalam memajukan perdamaian internasional. Masing-masing panelis bicara antara lain mengenai tantangan yang dihadapi mediator di tengah terus bertambahnya dan semakin kompleksnya konflik dan perang,” Ujar Menlu.

Saat Diskusi berlangsung, Menlu Retno menyampaikan bahwa, tidak semua negara dapat menjadi mediator, tapi semua dapat berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.

Baca Juga :  Menlu RI Bertemu Presiden SMU PBB Bahas Isu Palestina & Perubahan Iklim  

“Menciptakan situasi yang kondusif untuk perdamaian. Jadi diskusinya, saya usulkan untuk diperluas, bukan hanya “mediation against all odds” tetapi “mediation and peace making against all odds.” Pungkasnya.

Menlu Retno juga menyampaikan jika konflik dan perang, bukannya berkurang dari tahun ke tahun, tapi justru bertambah.

“Tahun lalu misalnya, saya beri contoh, perang di Gaza tidak ada, tapi tahun ini lebih dari 36 ribu orang terbunuh di Gaza. Dan hampir separuhnya adalah anak-anak,” Ujarnya.

Upaya untuk mencapai perdamaian tidak mudah. Terkadang, pihak yang berkonflik tidak ingin atau belum ingin berdamai. Mereka beranggapan jika berdamai berarti menyerah.

“Oleh karena itu kita harus yakinkan semua pihak, terutama pihak-pihak yang berkonflik untuk meninggalkan pendekatan zero sum game. Sifat konflik juga semakin kompleks karena dipengaruhi oleh politik domestik dan rivalitas geopolitik yang membuat situasi semakin rumit. Jadi di titik ini saya jelaskan kepada mereka bahwa, konflik biasanya terjadi karena ada perbedaan terhadap suatu isu,” Kata Menlu Retno

Tetapi, makin lama sifatnya menjadi semakin kompleks, karena tidak hanya perbedaan isu tentu saja, tetapi juga dipengaruhi oleh adanya politik domestik dan juga rivalitas geopolitik.

“Saya juga menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional dalam engagement kita di setiap upaya untuk menyelesaikan konflik dan tekankan pentingnya penguatan sistem multilateral untuk menciptakan perdamaian. Sistem multilateral saat ini sudah tidak mampu untuk menyelesaikan konflik secara efektif. Kita paham bahwa mediasi selalu memerlukan waktu yang panjang,” sambungnya.

Baca Juga :  Demi menjaga Kinerja Ekspor Matras Indonesia, Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi oleh Otoritas AS

Menlu Manambahkan, sambil menunggu hasil mediasi, dapat lakukan banyak hal, contohnya untuk Palestina.

“Dua hal penting yang dapat dilakukan dunia internasional, yaitu memperlancar bantuan kemanusian, dan mempersiapkan Palestina dalam bernegara, antara lain melalui pengakuan dan keanggotaan penuh di PBB”. Tegas Menlu Rento.

Dalam konteks tersebut, menlu Retno Menyampaikan penghargaan kepada Norwegia yang telah memutuskan untuk mengakui Palestina pada 28 Mei lalu. Dan pada saat Menlu Retno bicara mengenai pengakuan terhadap Palestina tersebut, hadirin yang hadir semua bertepuk tangan.

Diketahui, Selain menghadiri Oslo Forum, Menlu Retno juga melakukan banyak pertemuan bilateral, antara lain :

Pertama, pertemuan courtesy call dengan Perdana Menteri Norwegia. Fokus bahasan adalah mengenai Palestina, terutama bagaimana bekerjasama untuk menggalang dukungan agar lebih banyak negara mengakui Palestina. Dalam Pertemuan, Norwegia juga berkomitmen untuk memperkuat kerjasama di bidang kehutanan dan perubahan iklim.

Pertemuan kedua adalah dengan Utusan Khusus Inggris untuk isu Myanmar dan Direktur Afghanistan Kementerian Luar Negeri Inggris.

Pertemuan ketiga dengan State Minister Qatar Dr. Al-Khulaifi.

Pertemuan keempat dengan Komisioner Tinggi HAM PBB, Mr. Volker Türk.

Yang kelima, dengan Chair of Afghanistan Future Thought Forum, yaitu Ibu Fatima Gailani.

Baca Juga :  Menlu Retno : Diplomasi Indonesia untuk Palestina tidak pernah berhenti

Pertemuan keenam dengan Regional Director, Middle East and North Africa, dari Centre for Humanitarian Dialogue, Mr. Romain Grandjean.

Pertemuan ketujuh, dengan Utusan Khusus AS untuk Afghanistan, terutama untuk pendidikan perempuan, yaitu Rina Amiri.

Dan yang kedelapan, dengan Utusan Khusus Uni Eropa untuk Afghanistan, Mr. Tomas Niklasson.

Dari semua pertemuan tersebut, isu Myanmar, Afhanistan dan Palestina selalu dibahas.

Pembahasan mengenai isu Myanmar berkisar pada peran ASEAN yang masih terus diakui dan diharapkan oleh dunia internasional. Saat ini dunia internasional cukup khawatir, karena melihat situasi yang memburuk dengan meningkatnya clash antara junta militer dengan Ethnic Armed Organisations (EAO).

Pembahasan mengenai isu Afghanistan sebagian besar terfokus pada persiapan penyelenggaraan Pertemuan Doha III, yang menurut rencana akan diselenggrakan di Doha, 30 Juni – 1 Juli 2024. Indonesia diundang
dalam pertemuan tersebut. Dan sebagai informasi, Indonesia juga berpartisipasi dalam Doha I dan Doha II, di mana Menlu Retno hadir langsung.

Bahwa bersama dengan Qatar, Indonesia banyak berperan dalam menjembatani perbedaan dan memperkuat isu peran perempuan di Afghanistan. Dan di dalam pertemuan-pertemuan, di sela-sela Oslo Forum, semua pihak mengapresiasi peran yang terus dimainkan oleh Indonesia untuk isu Afghanistan.

Sementara untuk isu Palestina, terdapat harapan besar agar resolusi Dewan Keamanan PBB terbaru mengenai Palestina dapat dijalankan, sehingga perang dapat segera berakhir.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Internasional

Indonesia belum dapat menyelesaikan perundingan pada isu pertanian dan subsidi perikanan  

Internasional

Diduga langar izin tinggal, Tim gabungan amankan warga Bangladesh 

Hukrim

Gakkum KLHK Tindak WNA Korea Selatan Pelaku Tambang Ilegal dalam kawasan Hutan Lindung

Internasional

26 Warga Bangladesh akan dideportasi pertengahan Maret

Internasional

Demi menjaga Kinerja Ekspor Matras Indonesia, Kemendag Fasilitasi Verifikasi Penyelidikan Antisubsidi oleh Otoritas AS

Internasional

Menlu RI Angkat Isu LCS dan HAM dalam Pertemuan Pilar Politik Keamanan ASEAN

Internasional

Fashion Diplomacy Usung Isu Keberlanjutan Produk Fashion Indonesia  

Internasional

Survei LSN: PPP dan Hanura Diprediksikan tidak akan lolos DPR

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!