Home / Daerah

Jumat, 27 Desember 2024 - 04:00 WIB

Mengenang 20 Tahun Tsunami, Ketua SPS Aceh Doa Bersama di Makam Sultan Kerajaan Daya

Redaksi

Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Aceh, Muktarruddin Usman. Foto: dok. SPS Aceh

Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Aceh, Muktarruddin Usman. Foto: dok. SPS Aceh

Lamno –Tak terasa, tragedi bencana maha besar, gempa dan tsunami Aceh sudah berusia 20 tahun lamanya.

Setiap tahun, masyarakat Aceh selalu memperingatinya dengan menggelar doa bersama dan mengunjungi kuburan massal korban tsunami.

Selain itu, kegiatan simulasi untuk menyelamatkan diri dari gempa dan tsunami pun digelar. Suara sirine dan menuju ke tempat tinggi pun dipraktekkan, bila suatu saat kejadian serupa terjadi.

Selain masyarakat luas, Ketua Serikat Perusahaan Pers (SPS) Aceh, Muktarruddin Usman juga ikut mengenang dan menggelar doa bersama di komplek makam Po Teumeureuhom Sultan Daya, Lam No, Aceh Jaya, 26 Desember 2024.

Baca Juga :  Sambut PON XXI dan HUT ke-79 RI, Aceh Besar Bersihkan Kawasan Wisata Pantai

Doa bersama tersebut selain mengenang 20 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh, juga untuk meminta kepada Allah SWT supaya diberi keselamatan dunia akhirat dan ampunan bagi seluruh korban gempa tsunami. Dari data yang dilansir, bencana tersebut menelan korban jiwa ratusan ribu orang.

Seperti diketahui, komplek makam Sultan Salatin Alaidin Riayat Syah dengan gelar Poteu Meureuhom Daya berada di puncak bukit pesisir Lam No. Untuk menuju komplek tersebut, para penziarah harus menempuh dengan cara menapaki satu persatu anak tangga dari 99 anak tangga yang dibangun secara permanen dan dilengkap pegangan tangan dari besi.

Baca Juga :  Pemerintah Aceh Apresiasi Kemitraan dengan DPRA

Komplek makam tersebut tak tersentuh ombak tsunami. Sedangkan perkampungan yang berada di bibir pantai habis disapu gelombang. Kini, bekas perkampungan tersebut sudah berubah jadi laut.

“Dulu pemukiman, setelah tsunami lebih 2 kilometer pemukiman berubah jadi lautan,” kisah salah satu penjaga makam.

Sebagaimana diketahui, dahulu kala di hulu Sungai Daya ada sebuah dusun bernama Lhan Na yang sekarang disebut Lam No yang didiami oleh orang-orang liar yang belum beragama. Kemudian penghuni di hulu Sungai Daya itu bercampur dengan orang-orang yang baru datang ke situ dan karena percampuran itu peradabannya bertambah maju. Setelah orang-orang dari Aceh Besar dan Pasai yang beragama Islam datang ke Daya, maka mulailah orang-orang di pesisir negeri Daya menganut agama Islam sampai akhirnya semua orang Lhan beragama Islam.

Baca Juga :  Alumni Lintas Dayah di Pidie Jaya Siap Menangkan Pasangan SABAR

Sampai saat ini baru diketahui seorang sultan yang memerintah Negeri Daya, yaitu Sultan ‘Alauddin Ri’ayat Syah bin Raja (Yambah?) Bad Syah bin ‘Abdullah Al-Malikil Mubin yang wafat pada hari Jum’at, 7 Rajab 913 H/12 November 1507 M.

Editor: Amiruddin. MK

Share :

Baca Juga

Daerah

Relawan Komando Singa Mutiara Donor Darah

Daerah

Mukhlis Takabeya Gelar Funwalk Bersama Golkar DPD II Bireuen, 2 Sepmor Jadi Grand Prize

Daerah

10.000 Peserta Hadir, Fun Walk Ulang Tahun Golkar ke-59 Berlangsung Meriah

Daerah

Baliho Dukungan Rakyat Aceh untuk Tokoh Referendum Muncul di Berbagai Daerah

Daerah

Bhayangkara Fest, Pertunjukan Seni hingga Pameran Alutsista

Daerah

Berbagi Kebahagiaan di Bulan Ramadhan, PHBI Peudaya Santuni 83 Anak Yatim

Daerah

Tandatangani MoU dan MoA, STISIP Al Washliyah Banda Aceh Kerja Sama dengan FIA Unigha Sigli

Aceh Besar

Bimas Islam Kemenag Aceh Besar Monev Perpustakaan Masjid