Banda Aceh – Innalillahi wa inna ilaihi rajiun Kabar duka kepergian Kamaruddin Abubakar atau Abu Razak tak hanya mengguncang dunia politik Aceh, tetapi juga meninggalkan luka mendalam bagi Laskar Panglima Nanggroe.
Sebagai Ketua Dewan Penasehat, Abu Razak adalah sosok yang dihormati, tempat para kader menimba ilmu kepemimpinan dan kebijaksanaan.
Ketua Umum Laskar Panglima Nanggroe, Sulaiman Manaf, menggambarkan Abu Razak sebagai pemimpin yang tidak hanya tegas, tetapi juga memiliki visi besar untuk Aceh.
“Beliau selalu mengajarkan tentang keteguhan dalam perjuangan dan pentingnya membangun Aceh dengan kepala dingin serta hati yang bersih. Sosoknya sulit tergantikan,” ujar Sulaiman, Rabu, 19 Maret 2025.
Sosok yang Mengayomi, Pemimpin yang Merangkul
Sekretaris Jenderal Laskar Panglima Nanggroe, Umar Hakim Ilhami, mengenang bagaimana Abu Razak adalah tempat bertanya bagi banyak tokoh muda di Aceh.
“Setiap kali kami duduk bersama, beliau selalu bicara tentang persatuan. Baginya, Aceh harus kuat, bukan karena kekuasaan, tetapi karena kebersamaan,” katanya.
Umar Hakim juga menyoroti kepedulian Abu Razak terhadap regenerasi kepemimpinan di Aceh.
“Beliau selalu mengingatkan kami bahwa perjuangan bukan soal nama besar, tapi soal bagaimana kita bisa meninggalkan jejak yang baik untuk generasi mendatang,” lanjutnya.
Penghormatan Terbesar di Tanah Suci
Saat ini, jenazah Abu Razak tengah didampingi oleh Bendahara Umum Laskar Panglima Nanggroe, H. Muhammad Jaffar, yang berada di Mekkah.
Ia mengungkapkan bahwa prosesi shalat jenazah Abu Razak akan dilaksanakan di Masjidil Haram, di hadapan Ka’bah, setelah shalat Dhuhur.
“Ini adalah penghormatan luar biasa. Abu Razak bukan hanya pemimpin bagi kami, tetapi juga seorang muslim yang sepanjang hidupnya berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
Dishalatkan di tempat paling suci oleh Imam Masjidil Haram adalah anugerah yang luar biasa,” ujar H. Muhammad Jaffar dengan suara bergetar.
“Semangatnya Tak Akan Padam”
Juru Bicara Laskar Panglima Nanggroe, Muhammad Kahlil Gibran, menegaskan bahwa meski Abu Razak telah tiada, semangatnya akan terus hidup dalam perjuangan.
“Kami kehilangan seorang mentor, tetapi kami tidak boleh kehilangan arah. Abu Razak mengajarkan kita untuk terus bergerak, berpikir jauh ke depan, dan menjaga marwah Aceh dengan kebijaksanaan,” katanya.
Aceh berduka, tetapi Abu Razak berpulang dalam kemuliaan.
Dari Tanah Suci, ia menghadap Sang Khalik dengan kehormatan yang tak tergambarkan.
Kini, tugas kita adalah menjaga dan meneruskan warisan perjuangannya.
Editor: Amiruddin. MK