Ketika Kapal Boat Bergoyang - NOA.co.id
https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3737086233511293
   

Home / Opini

Jumat, 20 September 2024 - 14:08 WIB

Ketika Kapal Boat Bergoyang

FARID ISMULLAH

(Foto : Dok. Pribadi Kas Pani).

(Foto : Dok. Pribadi Kas Pani).

Kapal boat kami tidak mengarah ke Pulau Panjang, rencana lokasi kegiatan Family Gathering Cabdikdik Subulussalam dan Aceh Singkil. Tapi menuju arah Haloban, ibu Kota Kecamatan Pulau Banyak Barat. Saya tidak menanyakan ke Ihsan penanggung jawab perjalanan.

“Terlalu pagi kalau ke Pulau Panjang, “gumamku sendiri.

Perjalanan sangat menyenangkan. Pemandangan kiri – kanan dengan jejeran pulau-pulau kecil dengan lautnya yang bening membuat suasana sangat asyik. Pak Kacab dan beberapa kepala sekolah berkaroke, menyumbang suara terbaiknya.

Ternyata kapal boat mengarah ke Pulau Sikandang, tempat wisata yang eksotik, cocok untuk wisata keluarga.

Baca Juga :  Asmauddin : Sampai kapan jalan rusak parah di Kabupaten Aceh Singkil

Sampai! Kapal sandar. Hanya beberapa yang turun ke darat sambil berbasah-basah. Lainnya tetap ngendon diam di kapal. Apalagi gerimis mulai turun dengan hembusan angin yang tidak terlalu keras.

Jenuh di boat membuat Samsul dan Tuah menyiapkan jorannya, memancing ikan membunuh kebosanan. Hanya beberapa ikan kecil didapat.

Setelah sesaat di boat, teman-teman di darat dan lagi berenang di bibir pantai, diteriak-in agar kembali ke boat melanjutkan perjalanan.

Gerimis dan angin masih tetap menemani kami di perjalanan. Awalnya biasa saja, boat hanya menari-nari kecil. Ketika kapal boat sudah di laut lepas, tariannya mulai tari ngebor, angin dan ombak mulai besar. Cuaca makin buruk.

Baca Juga :  Tiga Desa di Aceh Singkil

Beberapa teman mulai memandang ke saya, minta kepastian apakah keadaan berbahaya atau tidak. Wajah mereka pucat dan ketakutan. Apalagi yang baru pertama kali naik boat.

“Tidak apa-apa, biasa saja, nanti juga akan reda,” saya menghibur mereka. Namun wajah mereka tetap ketakutan.

Tuah yang jago bawa mobil mulai mual, wajahnya pucat pasi.

“Masih jauh perjalanannya, Pak?” Tanyanya cemas.

“Tidak lama lagi kita akan sampai ke Pulau Panjang,” saya kembali menghibur sambil memberikan minyak kayu putih padanya.Tuah menanyakan, karena ia tahu saya sudah biasa di laut.

Baca Juga :  Legalitas Partai Politik Menuju Pemilu 2024

Laporan teman, hal yang sama juga dialamai ibu-ibu yang berada di depan. Mereka ada yang ketakutan dan mabuk laut.

Sekira setengah jam, angin mulai reda dan cuaca membaik. Mercu suar dan Pulau Panjang sudah terlihat, penumpang kembali tersenyum dan gembira dengan ditandai boat sandar di dermaga kecil Pulau Panjang. Lambaian nyiur di pantai menyambut kedatangan kepala sekolah dan keluarganya.

Mereka yang sebelumnya sudah berbasah-basah, mencebur kembali ke laut yang airnya tenang seperti aquarium. ( Bersambung….).

Penulis : Kas Pani

Share :

Baca Juga

Opini

Muhammad Aditia Rizki: Menghargai Perjuangan Buruh, Mengapa Hari Buruh Nasional Adalah Hari yang Penting Bagi Kita Semua

Opini

Perjalanan Menginspirasi dari Desa ke Puncak Kesuksesan Melalui Pendidikan Hingga Bercita-cita Jadi Profesor

News

Membangun Komunikasi Bersama Guru Ketika Supervisi

Opini

Sang Kandidat

Opini

Murid Bukan Gelas Kosong

Opini

Harga Minyak Goreng Melambung di Pasaran

Opini

Saya Tahu, Siapa Dia. Walau Dia tak Tahu Saya

Nasional

Pastikan Kita Punya Urgensi Dan Alasan Yang Kuat Untuk Mengubah Sistem Pemilu

You cannot copy content of this page

error: Content is protected !!