Definisi saham dalam konteks saham syariah merujuk kepada definisi saham pada umumnya yang diatur dalam undang-undang maupun peraturan OJK lainnya. Prinsip-prinsip syariah yang dimaksud di sini telah disepakati OJK bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Dari kesepakatan tersebut, lahirlah Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-208/BL/2012 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Jadi, untuk masyarakat yang ingin mencoba investasi saham bisa mencoba untuk membeli saham syariah jika ragu berinvestasi dengan saham konvesional.
(Baca juga:Saham Syariah Memikat, Investornya Meningkat hingga 537%)
Menurut pengamat sekaligus praktisi pasar modal di Bursa Efek Indonesia (BEI) Himawan Sutanto, kriteria saham syariah sangat berbeda dengan saham konvensional, meskipun mekanisme perdagangannya di bursa efek sama.
Perbedaan saham syariah dan konvensional, tegas Himawan, yakni saham konvensional mencakup perusahaan yang bergerak di bidang apa saja. Namun, untuk saham syariah, perusahaan tidak boleh bergerak di bidang usaha yang melanggar syariat Islam.
“Saham syariah mengharuskan perusahaan memiliki utang berbasis bunga lebih kecil dari pada asetnya, sementara saham konvensional bebas,” ujar Himawan yang juga pemimpin Komunitas Trader Logicuan ini dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/6/2022).
(Baca juga:Alhamdulillah, Jelang Puasa Bertambah Lagi Saham Syariah)
Menurut Himawan pada saham syariah, pendapatan tidak halal dari perusahaan tersebut harus lebih kecil, sedangkan konvensional bebas. “Pendapatan tidak halal di sini maksudnya pendapatan yang soal keuntungannya, karena keuntungan halal yang investor syariah dapatkan sama seperti investor saham konvensional, yaitu berupa capital gain dengan keuntungan investasi yang berasal dari selisih harga jual dan beli, serta deviden yaitu bagi hasil dari keuntungan perusahaan,” katanya.
Lihat Juga: IHSG Hari Ini Dibuka Perkasa di 7.064, Asing Belanja BBRI – INCO