Banda Aceh – Chairul Bariah, S.H., M.H, seorang dosen dari Program Studi Antropologi STISIP Al Washliyah Banda Aceh, melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat dengan skema Pengabdian Masyarakat Pemula (PMP) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Kegiatan ini berupa pelatihan dengan tema “Implementasi Pola Asuh Authoritative Terhadap Anak Binaan di LPKA Klas II Banda Aceh”.
Pengabdian ini bertujuan untuk memenuhi kewajiban akademik sekaligus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat.
Ibu Chairul Bariah yang berperan sebagai ketua pelaksana didampingi oleh dua dosen lainnya, Erna Fitriani Hamda, M.Pd, dan Lasri, S.Pd., M.Pd, serta lima mahasiswa dari Program Studi Antropologi STISIP Al Washliyah: Saudah, Sulis Br Manik, Dedi Bancin, Mardianti, dan Bunayya.
Dalam kegiatan ini, Ibu Chairul Bariah menjelaskan tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk mengevaluasi dan menerapkan pola asuh authoritative di LPKA Klas II Banda Aceh.
“Pola asuh authoritative dinilai penting dalam mendukung perkembangan sosial anak-anak binaan, mengingat lingkungan keluarga dan pola asuh orang tua sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak,” kata Chairul.
Sementara itu, Erna Fitriani Hamda menambahkan bahwa lingkungan keluarga memainkan peran penting dalam pembentukan karakter dan perilaku anak.
“Keluarga yang harmonis akan membantu anak berkembang dengan baik, sedangkan keluarga dengan lingkungan yang buruk dapat menjadi hambatan dalam perkembangan sosial anak. Oleh karena itu, orang tua harus menciptakan kondisi rumah yang kondusif dan memberikan bimbingan yang baik,” ujarnya.
Pelatihan ini dilaksanakan pada Rabu, 31 Juli 2024, dimulai pukul 08.30 WIB di aula LPKA Klas II Banda Aceh. Kabag Pembinaan LPKA, Bapak Sulaiman, menyatakan dukungannya terhadap kegiatan ini.
Ismail, S.H., mewakili ketua Lapas LPKA Klas II Banda Aceh, menjelaskan peran petugas Lapas sebagai pengawas anak binaan.
“Petugas Lapas memiliki pengaruh signifikan dalam proses pembinaan anak-anak. Mereka bertanggung jawab atas keamanan, keselamatan, dan pengawasan anak-anak tersebut, dengan tujuan membantu mereka menjadi anggota masyarakat yang berharga di masa depan,” katanya.
Sebagai langkah awal dalam menerapkan pola asuh authoritative, kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi institusi lainnya dalam melakukan pendekatan yang lebih humanis dan efektif terhadap anak binaan.
Dengan sinergi antara akademisi, lembaga pemasyarakatan, dan masyarakat, kita dapat memberikan harapan baru dan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda yang saat ini berada di balik jeruji besi.
Editor: Amiruddin MK