Kenaikan harga gandum dan biji-bijian lainnya, juga daging dan minyak, didorong oleh banyak faktor, termasuk kenaikan biaya pupuk dan energi tahun lalu serta perang Rusia-Ukraina.
Beras diperkirakan bisa menjadi bahan pangan berikutnya yang mengalami kenaikan harga. Indeks Harga Pangan FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa) menunjukkan harga beras internasional sudah merangkak naik untuk bulan kelima berturut-turut, mencapai level tertinggi 12 bulan.
Baca Juga: Mendag Ungkap Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia dan Gandum
Meski para ahli menyebut produksi beras masih melimpah, kenaikan harga gandum, dan biaya pertanian membuat harga beras perlu untuk dipantau selanjutnya. “Kita perlu memantau harga beras ke depan, karena kenaikan harga gandum dapat menyebabkan beberapa substitusi terhadap beras, meningkat permintaannya dan menurunkan stok yang ada,” kata Ekonom Kepala di Bank Nomura Sonal Varma, seperti dikutip dari CNBC, Senin (13/6/2022).
Dia menambahkan, langkah-langkah proteksionis memperburuk tekanan harga di tingkat global. Biaya pakan dan pupuk untuk pertanian sudah meningkat, dan harga energi menambah biaya pengiriman. “Jadi ada risiko bahwa kita melihat lebih banyak proteksionisme dari berbagai negara,” kata Varma.
Namun demikian, dia menyatakan bahwa risiko terhadap beras masih rendah karena persediaan beras global cukup dan panen di India diperkirakan akan baik pada musim panas ini.
Perang Rusia di Ukraina telah menaikkan harga gandum. Kedua negara yang tengah berkonflik tersebut adalah pengekspor utama gandum. Invasi Rusia telah mengganggu pertanian dan memblokir ekspor gandum dari negara tersebut. Harga gandum telah melonjak lebih dari 50% sejak setahun lalu.
Pada pekan lalu saja, harga gandum melonjak 4% setelah militer Rusia menghancurkan salah satu terminal ekspor gandum terbesar di Ukraina, seperti dilansir Reuters, yang mengutip pihak berwenang Ukraina.
Lihat Juga: Bandingkan Harga Beras di Amerika, Jokowi: Kalau di Sini Rp52 Ribu, Demo Setahun Nggak Rampung-rampung