Pemilik salah satu produk sambal di Malang, Heni Wardhani mengungkapkan mahalnya harga cabai membuatnya mengurangi jumlah pembelian. Bila sebelumnya produk sambalnya membutuhkan satu kuintal cabai dikurangi jadi setengahnya.
“Kita kurangi setengahnya, kalau biasanya butuh satu kuintal tiap minggunya. Nggak banyak-banyak dulu, karena dapat harganya juga mahal. Saya dapat dari pemasoknya Rp85.000,” ujar Heni Wardhani ditemui MNC Portal Indonesia di rumahnya, pada Sabtu (11/6/2022).
Baca Juga: Alamak! Harga Cabai di Semarang Tembus Rp100.000 per Kg, 5 Biji Ditebus Rp2.000
Hal ini terpaksa Heni lakukan karena hampir seluruh jenis cabai yang jadi bahan baku utama sambalnya naik. Cabai rawit merah misalnya, Heni mendapat cabai dari pemasoknya sudah di harga Rp85.000 per kilogram, belum untuk harga cabai hijau kecil dan cabai merah besar.
Menurutnya, dengan harga tersebut dia merasa kesusahan dalam menyiasati beban operasional produksinya. Saat harga cabai di atas Rp50.000 per kilogramnya saja dianggapnya sudah memberatkan.
“Sempat turun di harga Rp55.000 per kilogram tetap susah. Apalagi kalau rawit mahal, biasanya cabai besar merah agak turun, cabai ijo juga turun. Yang paling tinggi rawit, rawit itu (naiknya) 90%, tapi sekarang semuanya naik,” ungkapnya.
Baca Juga: Wow! Cabai Setan di Pasar Cigasong Majalengka Sentuh Rp120 Ribu
Imbas dari pengurangan belanja cabai, produksi sambal dengan merek Mama Ni di rumah miliknya, yang berada di Perumahan Plaosan Permai Estate, Kelurahan Pandawangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang pun turun. Jika sebelumnya Heni mampu memproduksi 1.000 botol sambal dengan 23 varian rasanya, kini dikurangi.
“Kalau produksi kita tetap produksi setiap hari, cuma tidak nyetok banyak – banyak bisa sampai 1.000 sewaktu-waktu ada permintaan bisa langsung kirim, sekarang hanya memenuhi permintaan atau order,” jelasnya.