Bandung – Gubernur Aceh Ir H Nova Iriansyah MT berharap masyarakat Aceh yang berada di Bandung dan Jawa Barat supaya bisa membangun Tanah Rencong dari luar Aceh, guna membangkitkan kembali perekonomian setelah dua tahun terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Gubernur dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) Almuniza Kamal, SSTP MSi, saat melantik pengurus Keluarga Masyarakat Aceh Bandung (KAMABA) periode 2022-2025, di Bandung, Jawa Barat, Jumat, 15 April 2022.
“Cita-cita itu mustahil terlaksana tanpa dukungan, partisipasi, dan kontribusi dari masyarakat itu sendiri. Tidak hanya oleh masyarakat Aceh yang ada di Aceh, tapi juga kontribusi masyarakat Aceh yang ada di luar, seperti di Provinsi Jawa Barat yang tergabung dalam KAMABA (Keluarga Masyarakat Aceh Bandung) ini,” kata Almuniza dalam rilis yang disiarkan Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh.
Untuk itu, ia mengajak pengusaha-pengusaha Aceh maupun warga Aceh yang ada di Jawa Barat dan Bandung khususnya, dapat terus bersama memikirkan upaya membangun Aceh lebih baik ke depan.
“Dengan menyebarkan informasi baik tentang Aceh, mendorong wisatawan berkunjung, hingga ikut partisipasi aktif dalam memandirikan perekonomian masyarakat Aceh secara umum,” katanya.
Lalu tambahnya, terus menjaga silaturahmi dan persatuan, serta nama baik Aceh di perantauan. Karena dianggap penting, di manapun menetap dapat membawa manfaat bagi orang-orang di sekitar.
Seperti diketahui sebutnya, masyarakat Aceh sejak lama dikenal perantau dan memiliki mobilitas tinggi, sabar, tekun dan ulet dalam semua sisi kehidupan, baik itu sebagai pengusaha atau pedagang, sebagai birokrat, politisi, akademisi dan profesi lainnya dalam segala aspek pekerjaan.
“Banyak tokoh-tokoh masyarakat di tingkat lokal, nasional, dan internasional yang berasal dari Aceh. Ini semua membuktikan kiprah dan orang Aceh yang tersebar di seluruh nusantara,” sebutnya.
Hal itu tambah Almuniza, tidak lepas dari dimana pun masyarakat Aceh berada selalu menjalin hubungan persaudaraan. Saudara di perantauan, kadang lebih dekat ketimbang saudara kandung.
“Inilah yang selalu ditanamkan oleh leluhur kita, untuk saling menjaga, melindungi, selama berada di wilayah lain. Hubungan persaudaraan ini terkoordinasi lewat sebuah komunitas seperti Keluarga Besar Masyarakat Aceh Bandung (KAMABA) ini,” katanya.
Selain KAMABA di Bandung, komunitas masyarakat Aceh juga disebut terdapat di beberapa provinsi lain di Indonesia, seperti Persatuan Masyarakat Aceh (PERMASA) di Riau, Taman Iskandar Muda (TIM) di Jakarta, Aceh Sepakat di Medan.
“Kemudian, Himpunan Masyarakat Aceh di Yogyakarta, Himpunan Kekeluargaan Masyarakat Aceh (Hikmah) di Bengkulu, KEMALA di Lampung, dan Himpunan Masyarakat Aceh (HIMMAH) di Sumatera Selatan,” sebutnya.
Menurutnya, banyak sekali manfaat keberadaan komunitas masyarakat Aceh di perantauan. Salah satunya sebagai wadah memperkuat persaudaraan, sekaligus menyatukan kekuatan guna mendukung pembangunan di Aceh, maupun berkontribusi membangun wilayah tempat tinggal sekarang, seperti yang ditunjukkan KAMABA selama ini.
“Mewakili Pemerintah Aceh, kami mengharapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk dapat membina, memperhatikan dan membimbing warga Aceh di sini, mengajak mereka terlibat dalam membangun Jawa Barat,” katanya.
Apalagi katanya, Aceh punya kedekatan historis dengan Provinsi Jawa Barat yang masih terjaga hingga kini. Mayarakat Aceh mengenal nama Sumedang (Selatan) dengan baik, wilayah yang terletak sekitar 50 kilometer dari Bandung, Ibu Kota Jawa Barat.
“Di sana terdapat makam Cut Nyak Dhien, Pahlawan Nasional asal Aceh yang meninggal pada 6 November 1908, setelah ditawan dan diasingkan penjajah kolonial Belanda. Makam itu dijaga dengan baik oleh masyarakat Jawa Barat dan pemerintah daerah. Banyak masyarakat Aceh yang berziarah ke sana hingga saat kini,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum KAMABA terpilih Zoelkifli M. Adam SPd MM, menyampaikan terima kasih kepada seluruh pengurus, para panitia yang telah mensupport kegiatan pelantikan hari ini.
“Kita Insya Allah sesuai amanah para tokoh-tokoh pengusaha, tokoh-tokoh masyarakat Aceh, tokoh-tokoh agama, dan seluruh cendikiawan masyarakat Aceh yang ada di Bandung. Mari kita bersatu menjalankan amanah sesuai visi dan misi KAMABA dengan tujuan mempersatukan seluruh masyarakat Aceh yang ada di Bandung sebagai wadah untuk kita bersilaturahmi,” katanya.
Untuk itu tambahnya, dengan menjalankan sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga organisasi. “Untuk itu sekali lagi mohon dukungan dan doa restu dari semua pihak baik dari Bandung maupun di Jakarta,” katanya.
Apalagi katanya, masyarakat Aceh saat ini yang sudah menetap di Bandung dan sekitarnya diperkirakan sekitar 7.000 kepala keluarga (KK). Dan itu belum termasuk jumlah total semuanya.
Selain itu, ia juga mengingatkan, lika-liku awal mula lahirnya KAMABA pada tahun 1951 yang saat itu namanya Studi Club Aceh (SCA). Lalu, tahun 1953 berubah nama menjadi Ikatan Pemuda Seulawah (IPS).
“Kemudian tanggal 24 Februari 1974 para tokoh-tokoh masyarakat Aceh saat itu merubah nama menjadi KAMABA. Dan Alhamdulillah KAMABA ini sudah dipimpin 14 ketua umum semenjak berdiri sampai saat ini dan Alhamdulillah saya ketua umum yang ke-15,” sebutnya. []