Jakarta – Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur Angkatan 28C mengadakan buka puasa bersama (bukber). Tradisi buka puasa bersama bukan hanya sekadar kegiatan keagamaan, melainkan juga merupakan wadah yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan, nasionalisme, dan persatuan.
Disampaikan Ketua Kelas 28C Doktor Ilmu Hukum Universitas Borobudur, Popy Rakhmawaty bahwa kegiatan ini berfungsi sebagai penghubung masyarakat dari berbagai latar belakang, sehingga dapat memperkuat rasa solidaritas dan persatuan bangsa.
“Buka puasa bersama telah menjadi tradisi yang kental dalam masyarakat Indonesia, khususnya selama bulan Ramadan. Tradisi ini tidak hanya sekadar kegiatan keagamaan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dan kebersamaan yang kuat dalam bingkai persatuan bangsa,” kata Popy Rakhmawaty dalam sambutan acara, di Jakarta, Sabtu (22/3/2025).
Ia menegaskan, dalam konteks Indonesia yang majemuk, buka puasa bersama menjadi simbol toleransi, solidaritas, dan persatuan yang mengatasi perbedaan suku, agama, dan budaya.
Ketua Panitia acara, Andriansyah Tiawarman menjelaskan, melalui tradisi buka puasa bersama, masyarakat tidak hanya menguatkan ikatan antar individu, tetapi juga menumbuhkan rasa persatuan yang lebih luas. Dalam situasi sosial dan politik yang terkadang memecah belah, kegiatan semacam ini menjadi titik temu dimana perbedaan dapat dipersatukan dengan dialog dan kebersamaan.
“Di tengah maraknya berita hoaks dan polarisasi sosial, buka puasa bersama dapat berfungsi sebagai sarana untuk memperkuat narasi persatuan bangsa. Sebuah penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun 2023, mencatat 70% responden menyatakan bahwa kegiatan sosial seperti buka puasa bersama mampu mengurangi ketegangan antar kelompok di masyarakat,” ujar Andriansyah.
Mahasiswa kelas 28C lainnya, Dwi Nugroho Marsudianto menambahkan buka puasa bersama juga mengajarkan nilai kebersamaan dan solidaritas sosial. Menurutnya, dalam bidang sosial-ekonomi, kegiatan ini sering dimanfaatkan untuk berbagi dengan masyarakat yang kurang mampu.
“Banyak komunitas dan organisasi sosial yang mengadakan buka puasa gratis untuk masyarakat kurang mampu, seperti anak yatim, kaum dhuafa dan tunawisma,” jelas Dwi Nugroho.
Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menunjukan bahwa donasi zakat, infak, dan sedekah selama bulan Ramadan meningkat hingga 30%. Sebagian besar digunakan untuk kegiatan buka puasa bersama dan bantuan sosial.
“Buka puasa bersama menciptakan ruang inklusif di mana semua orang, tanpa memandang status sosial, ekonomi, atau agama, dapat berkumpul dan berinteraksi. Buka puasa bersama mengajarkan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai yang sangat penting dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia,” tuturny.
Editor: Amiruddin