Home / Advetorial

Jumat, 7 Maret 2025 - 18:17 WIB

DPKA Aceh Tekankan Pentingnya Validitas Data untuk Program Literasi dan Kearsipan

REDAKSI

DPKA Aceh Tekankan Pentingnya Validitas Data untuk Program Literasi dan Kearsipan. Foto: Ist

DPKA Aceh Tekankan Pentingnya Validitas Data untuk Program Literasi dan Kearsipan. Foto: Ist

Banda Aceh – Dalam upaya meningkatkan kualitas layanan perpustakaan dan kearsipan di Aceh, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) menyelenggarakan Rapat Penyusunan “DPKA Dalam Angka” di Aula Mall Baca Aceh pada Jumat (7/3/2025). Acara ini menegaskan komitmen DPKA untuk membangun sistem perencanaan berbasis data yang akurat dan terukur.

Kepala DPKA Edi Yandra dalam sambutannya menekankan, “Data yang valid dan terukur merupakan jantung dari setiap perencanaan program. Tanpa data yang akurat, kebijakan kita ibarat membangun rumah tanpa fondasi yang kuat.”

Rapat yang dihadiri oleh Sekretaris DPKA, para kepala bidang, kepala seksi, dan seluruh jajaran dinas ini bertujuan untuk menghimpun data komprehensif sektor perpustakaan dan kearsipan, menganalisis tren perkembangan lima tahun terakhir (2020-2024) serta menyusun indikator kinerja yang measurable untuk tahun 2025.

Baca Juga :  Momen Bersejarah: Sayuti-Husaini Resmi Memimpin Lhokseumawe, Siap Wujudkan Visi Kemajuan dan Kesejahteraan

DPKA memfokuskan pengumpulan data pada beberapa indikator strategis, diantaranya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM), Tingkat Kegemaran Membaca (TGM), Koleksi dan Kondisi Naskah Kuno Aceh, Kinerja Pengelolaan Arsip Daerah, dan Tingkat Utilisasi Fasilitas Perpustakaan.

“Kami meminta seluruh pengampu data di setiap bidang untuk melakukan analisis mendalam, bukan hanya mengumpulkan angka. Data harus bisa bercerita tentang tren dan pola yang bisa menjadi dasar prediksi masa depan,” tegas Edi.

Baca Juga :  Gelar Sertifikasi untuk Pekerja Kreatif Seni Pertunjukan, Ini Pesan Kadisbudpar Aceh

Ikhsan Pratama, Sub Koordinator Program dan Humas DPKA, dalam pemaparannya menjelaskan mekanisme pengumpulan data yang akan dilakukan dalah Verifikasi Lapangan, Cross-check data administrasi dengan kondisi riil di lapangan, Standardisasi Metode, Penerapan metodologi pengumpulan data yang konsisten, Periodic Review Evaluasi data secara berkala untuk memastikan relevansi, Digitalisasi Sistem Migrasi dari pencatatan manual ke sistem database terintegrasi.

“Untuk naskah kuno misalnya, kami tidak hanya mendata jumlahnya, tetapi juga kondisi fisik, tingkat kerusakan, dan kebutuhan restorasi,” jelas Ikhsan.

Baca Juga :  Pekan Raya Cahaya Aceh, Momen Kebangkitan Pelaku Ekraf

Edi Yandra memberikan contoh konkret bagaimana data valid memengaruhi kebijakan, “Jika data TGM menunjukkan minat baca rendah di kalangan remaja 15-18 tahun, kita bisa merancang program khusus seperti kompetisi buku atau pojok baca tematik di sekolah-sekolah.”

“Kami berkomitmen untuk melengkapi tim dengan pelatihan pengelolaan data modern dan memperkuat kolaborasi dengan BPS dan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Aceh,” janji Edi.

“Target kita, pada 2026 Aceh sudah memiliki sistem data perpustakaan dan kearsipan yang terintegrasi secara digital dan menjadi rujukan nasional,” tutup Edi Yandra penuh optimisme. (ADV)

Editor: Redaksi

Share :

Baca Juga

Advetorial

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh Menggelar Kampanye Membaca di Aceh Tengah

Advetorial

Kepala BPKA: PAD Aceh Mayoritas Berasal Dari Kendaraan Bermotor

Advetorial

Triwulan 1 Vaksin Booster Fokus Gunakan AstraZeneca

Advetorial

Sensasi Pemandian Wisata Air Terjun Alue Putek Tangse Pidie

Advetorial

Rumah Pangan Lestari di Takengon, Wisata Edukasi Bagi Pecinta Tanaman

Advetorial

Malam Ini 15 Desainer Lokal Aceh Unjuk Kreativitas di Ajang Muslim Fashion Week

Advetorial

Walikota Lhokseumawe Bahas Efisiensi Anggaran 

Advetorial

Menparekraf Umumkan 500 Besar Desa Wisata ADWI 2022, 14 di Antaranya dari Aceh