Federal Reserve AS, Bank Sentral Eropa, Bank Nasional Swiss, dan Bank of England semuanya bergerak untuk mengendalikan inflasi minggu lalu, meskipun dalam berbagai tingkatan.
Baca Juga: Utang Indonesia Tembus Rp7.000 Triliun, Sri Mulyani: Negara Lain Lebih Dramatis
Inflasi harga konsumen di zona euro mencapai rekor tertinggi pada level 8,1% di bulan Mei dan Bank Sentral Eropa telah mengkonfirmasi niatnya untuk mulai menaikkan suku bunga pada pertemuan Juli, mendatang.
Para pemimpin bank sentral dan ekonom di seluruh dunia telah mengakui bahwa pengetatan agresif yang mungkin diperlukan untuk mengendalikan inflasi dapat berisiko membuat ekonomi terjebak dalam resesi, saat pertumbuhan sudah melambat karena beragam faktor-faktor global lainnya.
Kedekatan Eropa dengan perang di Ukraina dan ketergantungannya pada impor energi Rusia membuat benua itu secara unik rentan terhadap konflik dan potensi penghentian aliran gas Rusia.
“Satu hal yang jelas: jika ada penghentian tiba-tiba gas Rusia, kemungkinan resesi datang lebih cepat, jelas jauh lebih besar. Tidak ada keraguan,” kata Sewing kepada Annette Weisbach dari CNBC dalam sebuah wawancara eksklusif.
“Tetapi saya akan mengatakan bahwa secara keseluruhan, kita memiliki situasi yang menantang sehingga kemungkinan resesi juga terjadi di Jerman, atau di Eropa pada tahun 2023 atau tahun berikutnya. Lebih tinggi daripada yang telah kita lihat di tahun-tahun sebelumnya, dan itu bukan hanya dampak dari perang yang mengerikan ini, tetapi lihatlah inflasinya, lihat apa artinya itu bagi kebijakan moneter,” paparnya.
Baca Juga: Ngerinya Dampak Inflasi AS: Bisa Munculkan Resesi Ekonomi
Lihat Juga: APBN Penjaga Ekonomi