Sekretaris Kementerian koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso pun menyampaikan beberapa penjelasan terbaru soal program tersebut.
Sebelumnya, dia mengatakan bahwa ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina memicu volatilitas harga komoditas utama dunia, bahkan interim report OECD Maret lalu memperkirakan pertumbuhan ekonomi global berpotensi berkurang 1%, menjadi 3% dari 4%, dan inflasi akan naik 2,5%, dari yang semula 4% menjadi 6,5%.
“Harga komoditas terus meningkat, harga energi dan juga pangan meningkat cukup tinggi terus mengalami tren peningkatan tersebut, dan Indonesia terdampak mau secara langsung maupun tidak langsung,” bebernya dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (8/4/2022).
Baca juga: Jokowi Umumkan BLT Minyak Goreng Rp100 Ribu
Menurut dia, hal ini menjadi situasi luar biasa yang dihadapi Indonesia setelah Covid-19 mereda. Seiring kenaikan harga komoditas di tingkat global akibat situasi-situasi tersebut, pemerintah melakukan penyesuaian harga-harga di tingkat domestik dan pemberian subsidi.
“Yang penting juga untuk dilakukan adalah menjaga bantalan sosial kita, terutama bagi kelompok menengah ke bawah yang mencakup 40% penduduk Indonesia terbawah. Tujuannya adalah untuk meringankan beban, menjaga daya beli masyarakat, dan tak kalah penting menjaga situasi sosial yang kondusif seiring kenaikan harga tersebut,” tuturnya.
Salah satu yang mengalami kenaikan adalah komoditas minyak goreng dan pasokannya belum stabil. Pemerintah sudah menyiapkan program BLT minyak goreng untuk menjaga daya beli masyarakat.
Susiwijono mengatakan, pemerintah menyiapkan program BLT minyak goreng ini sebagai bagian dari program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang anggarannya menggunakan anggaran PEN 2022.
Lihat Juga: Usulkan Kembali HET Minyak Goreng, BPKN Seperti Baru Terbangun dari Mimpi