Banda Aceh – Wakil Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Banda Aceh Mulyadi Thaib, mengapresiasi kepemimpinan Aminullah-Zainal dalam kemajuan Kota Banda Aceh terhadap kemajuan dan capaian yang sudah dilakukan.
Hal tersebut ditunjukan dalam peningkatan bidang Ekonomi, Seni tradisi dan Budaya, Pemberantasan Rentenir melalui Bank Mahirah Muamalah, di bidang pendidikan, ekonomi, pelayanan kesehatan, infrastruktur, tata kelola pemerintahan. Itu semua sebuah pencapaian yang berhasil dilakukan,” kata Mulyadi Thaib dalam keterangannya kepada awak media di Banda Aceh, Sabtu (16/5).
“Kita akui berdasarkan data infografis di berbagai sektor angka kemajuan Banda Aceh sangat menakjubkan, sehingga berdasarkan visi-misi pemerintahan yang merupakan acuan pembangunan 5 tahunan capaiannya sungguh gemilang di Kota Banda Aceh,” ucap Mulyadi.
Kata Mulyadi, berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi kota Banda Aceh pada tahun 2021 mencapai 5,53 % dari tahun 2017. Biarpun kondisi di tengah kesulitan pandemi covid-19, ekonomi Banda Aceh justru terus meningkat.
Dan juga tercatat pada Februari 2022 pertumbuhan UMKM-nya sudah mencapai angka 17.080 unit atau setara dengan 92% dibandingkan 2016 yang hanya 8.900 unit. Bahkan angka rentenir di Banda Aceh dengan kehadiran LKMS Mahirah Muamalah dapat ditekan dari angka 80% di tahun 2016 menjadi hanya 2%.
Tidak hanya itu, dengan indeks kota syari’ah yang mencapai 80% tercatat jumlah wisatawan domestik dan mancanegara ke Banda Aceh sebanyak 251.836 orang. “Sehingga kemajuan pariwisata itu terus mendongkrak perekonomian masyarakat dan pertumbuhan UMKM tentunya,” sebut Mulyadi.
Dari aspek tata kelola pemerintahan, kemajuan Banda Aceh juga tidak bisa di pungkiri. Banda Aceh mendapatkan Piagam Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK RI sebanyak 13 kali berturut-turut, selama kepemimpinan Aminullah-Zainal tidak pernah abstain dari opini WTP.
Belum lagi capaian Monitor Center For Prevention dari KPK RI pada tahun 2021 mencapai angka 84,48% yang merupakan tertinggi di Aceh, dan bahkan lebih tinggi dari pemerintah provinsi Aceh yang hanya 76,35%,” paparnya.
hampir di semua aspek perubahan dan kemajuan di Banda Aceh menunjukkan angka yang signifikan.
“Secara objektif kemajuan Banda Aceh sesuatu yang tak dapat dipungkiri, namun jika menuntut kesempurnaan sepenuhnya tentunya itu juga tidak mungkin, sebagai manusia tentu ada kurang dan lebihnya,” tutur Mulyadi.