NOA | Jakarta – LAMA telah direncanakan, akhirnya Bank Aceh menapak secara resmi Ibu Kota Jakarta. Tepatnya, Senin di hari ke-31 bulan Februari 2022, Gubernur Aceh Nova Iriansyah selaku pemegang saham pengendali (PSP) Bank Aceh Syariah (BAS), melakukan grand launching Kantor Cabang BAS di Jakarta, pertanda BAS hadir secara resmi di Bumi Jayakarta. “Sebagai pemegang saham pengendali, Saya berharap Bank milik Rakyat Aceh ini dapat terus tumbuh dan berkembang sebagaimana filosofi dalam Bunga Seulanga yang ada pada logo Bank Aceh. Dan juga dapat bersaing dan bersanding dengan bank-bank lain yang telah lebih dahulu hadir di tengah pusat kota Jakarta,” kata Gubernur Aceh pada acara yang dirangkai dengan Customer Gathering Bank Aceh cabang Jakarta, di Grand Ballroom, Hotel Mulia, Jakarta Pusat, 31 Januari 2022, tadi malam.
Ada yang menarik dalam acara grand launching yang berlokasi di Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat yang dikemas secara elegant itu. Yakni thema kegiatan yang diberi label, “The Wonder of Nanggroe”.
Seperti yang dijelaskan Gubernur Nova, tema acara “The Wonder Of Nanggroe” itu, terinspirasi oleh keajaiban yang dimiliki oleh Aceh, yang merupakan sebuah tanah tempat sejuta catatan sejarah dan keajaiban pernah terjadi. “Aceh mencapai kejayaannya di abad ke enam belas pada masa Sultan Iskandar Muda. Di bawah kekuasaannya, Aceh berhasil menaklukkan Pahang, yang merupakan sumber timah utama dan melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka,” jelasnya.
Dengan spirit sejuta catatan sejarah serta keajaiban yang terjadi itulah, BAS kini hadir di Jakarta. Menatap dengan penuh optimisme tentang aura kompetisi bisnis perbankan yang begitu ketat di Jakarta.
Bukankah Bank Aceh telah ditempa oleh pelajaran nan pahit serta melelahkan dalam durasi panjang, seperti diakui Dirut BAS Haizir Sulaiman. “Sebagai lembaga keuangan yang telah menjadi inspirasi bagi lahirnya bank daerah, dan transformasi ke sistem perbankan syariah, BAS akan terus meningkatkan layanan dalam menyambut era baru layanan transaksi keuangan.”
Haizir menceritakan, perjalanan sejarah BAS dari NV Bank Kesejahteraan Aceh melalui banyak halangan dan rintangan serta melalui tebing curam nan meluluhlantakkan. Pun demikian, semua tantangan tersebut mulai dari konflik Aceh, krisis moneter hingga tsunami 2004 dapat dilalui oleh BAS, hingga berhasil membuka cabangnya di Jakarta, saat ini. “Kehadiran kami di ibu kota akan menjadi awal baru dalam menggapai visi menjadi Bank Syariah Terdepan dan Terpercaya dalam Pelayanan di Indonesia, dan menjadi cabang ke 26 Bank Aceh,” ujarnya.
The Wonder of Nanggroe, tambah Haizir menjadi semangat atau spirit sekaligus simbol bagi BAS di masa yang akan datang, dengan mengikuti jejak kejayaan Aceh di masa lalu. “BAS akan menjadi bagian lembaga keuangan yang mampu bersaing dengan bank-bank nasional. Dan juga menjadi bagian penting bagi arah pengembangan perbankan syariah dan pembangunan ekonomi nasional,” kata Haizir.
Namun lebih dari itu, kehadiran BAS yang juga milik jajaran pemerintahan di Aceh setidaknya menapaktilasi tentang kedigdayaan seorang Panglima Perang Pasai,Aceh, Fatahillah yang juga disebut sebagai Fadhullah Khan yang menaklukkan Portugis di Tanah Sunda dan kemudian mendirikan Kota Jayakarta yang kini menjadi Jakarta.
Dengan kata lain, BAS kini hadir di kota yang dibangun oleh nenek moyang atau indatu orang Aceh. Artinya, BAS merajut keajaiban menatap ketatnya kompetisi perbankan di tanah yang dibangun oleh leluhurnya sendiri. Dan itu menjadi modal dari sebuah tekad optimisme yang harus terus digelorakan. Selamat merajut sukses di negeri ciptaan leluhur sendiri. (Adv)