Menurut Menkeu, rendahnya penarikan utang membuat kas keuangan negara lebih terlindungi dari guncangan eksternal. Artinya, Indonesia tak perlu khawatir saat terjadi gejolak yang tiba-tiba terjadi.
“Berarti keuangan negara terutama APBN terlindungi dari guncangan yang telah saya sampaikan, inflasi naik, SBN yield naik kalau kita bisa menurunkan issuance utang makin terlindungi dengan makin baik,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA periode Juni 2022, dikutip Jumat (24/6/2022).
Baca juga: Utang Indonesia Tembus Rp7.000 Triliun, Sri Mulyani: Negara Lain Lebih Dramatis
Menkeu mengatakan, total SBN neto yang diterbitkan hingga Mei 2022 mencapai Rp75,3 triliun dari total target yang ditetapkan Rp991,3 triliun. Sementara pada tahun lalu, penerbitan SBN mencapai Rp348 triliun.
Untuk pinjaman juga turun pada tahun ini. Hal ini menggambarkan bahwa sektor pembiayaan utang sedang dikonsolidasikan, disehatkan dengan defisit yang menurun.
“Ini kombinasi penerimaan yang makin tinggi, belanja relatif kita jaga, dan defisit bisa kita turunkan,” tutur mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia.
Baca juga: Sri Mulyani Geber Jualan SBN Ritel, Laris Manis hingga Lampaui Target
Perlu diketahui, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) telah menerbitkan Global Sukuk sebesar USD 3,25 miliar, terutama dari Green Sukuk terbesar secara global dan Samurai Bonds sebesar JPY 81 miliar.
Untuk ritel, Kemenkeu mencatat telah menerbitkan SBR011 sebesar Rp13,91 triliun yang merupakan nominal terbesar dari sektor surat berharga ritel.
Realisasi pembelian BI untuk SKB I tahun 2022 sebesar Rp32,241 triliun (SUN Rp17,160 triliun dan SSBN Rp15,08 triliun).
Lihat Juga: Green Bond BNI Oversubscribe Empat Kali