“Kami tidak hanya berhenti pada penyedian tower tapi masuk portofolio related tower seperti fiber optic untuk memastikan BTS quality of service yang baik, penyediaan power to tower dan egde infra solution atau mini data center yang dipasang pada tower,” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam FGD Telkom Grup dengan media di Yogyakarta, tadi malam.
Baca Juga: Perkuat Digitalisasi di Tanah Air, Mitratel Genjot Fiberisasi Operator Telekomunikasi
Theodorus mengatakan tahap selanjutnya pembangunan mini data center atau edge infra solution yang menyasar para pengguna yang sensitif terhadap latensi. “Kami akan kembangkan fiber optic, microcell, power to tower dan edge infra solution,” jelas dia.
Menurut dia, perluasan portofolio tersebut untuk mencapai visi misi Mitratel menjadi perusahaan infrastruktur digital, tidak hanya melalui aksi inorganik dan agresif dalam penetrasi pasar melalui aksi organik tetapi juga melakukan penambahan portfolio baru.
Sebagai perusahaan dengan kepemilikan tower menara terbanyak yakni 28.577 unit menara, Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio dan menambah jumlah menara melalui akuisisi. “Jadi ruang kami untuk tumbuh masih sangat besar untuk meningkatkan tenancy ratio karena 58 persen tower kami ada di luar Jawa yang menjadi daya tarik operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya dan pertumbuhan ekonomi pesat di Sumatera, Kalimantan, dan lainnya,” ujar dia.
Mitratel juga memiliki competitiveness berupa sinergis dengan Grup Telkom yang menjadi modal besar perusahaan untuk ditawarkan kepada para tenant.
Baca Juga: 4 Artis Korea Paling Dibenci di China, termasuk Song Hye-Kyo
Sementara itu, terkait buyback saham, Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama mengatakan harga saham MTEL di pasar saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Hal itulah yang melatarbelakangi dilakukannya pembelian kembali saham Mitratel. “Intention-nya terutama yaitu yang waktu kita announce adalah karena kita melihat ada gap antara valuation dengan yang ada di market saat itu,” kata Hendra.
Dari komunikasi dengan kalangan investor, lanjutnya, banyak investor menilai fundamental Mitratel bagus, kuartal pertama result (laporan keuangan) juga inline, namun harga di pasar tidak tercermin sehingga diputuskan buyback.
Anggaran yang disiapkan oleh perseroan mencapai Rp 1 triliun atau setara dengan 5,3% dari total modal disetor. Adapun waktu pelaksanaan buyback sendiri ditetapkan mulai dari 2 Juni sampai 2 September 2022 atau dalam 3 bulan ke depan.
Lihat Juga: Soal Investasi di GoTo, Dirut Telkom Buka Suara