Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, bicara soal kehadiran resimen Azov yang dituding Rusia keji dan Neo-Nazi.
Hamianin pun membantah tudingan itu. Sebaliknya, ia menyebut pasukan Azov di Ukraina timur sebagai pahlawan.
Azov sendiri merupakan laut pedalaman di tenggara Ukraina di mana terdapat wilayah dan kota-kota pelabuhan penting seperti Mariupol.
“Anda tahu situasi di Mariupol kan? Mereka hanya batalion militer yang beroperasi di sana: Azov,” tutur Hamianin saat wawancara eksklusif dengan CNNIndonesia.com di kantor Kedutaan Ukraina di DUNIA pada Selasa (12/4).
Ia kemudian menegaskan, “Mereka [Batalion Azov] pahlawan, mereka melindungi penduduk, mereka berdiri bersama Ukraina di Mariupol dengan segala kekurangannya.
Hamianin bahkan mengungkapkan fakta mengejutkan soal wilayah Azov yang dituduh Rusia sebagai basis sayap kanan Neo-Nazi di Ukraina..
“Karena di Azov ada banyak Muslim. Juga dari Chechen, dan dari beberapa wilayah, dan juga orang yang mendaftar (legiun asing membela Ukraina). Jadi semua orang (pejuang) adalah pahlawan. Saya tak tahu apa mereka bisa bertahan, tapi saya berharap mereka hidup dan menjadi idola di masyarakat kami,” tutur Hamianin.
Mariupol merupakan salah satu wilayah yang berada di tenggara Ukraina yang kini jadi salah satu fokus gempuran Rusia. Sejak awal invasi, kota ini dikepung pasukan Rusia.
Tak jarang rudal dan tembakan terus memenuhi tanah-tanah Mariupol. Bahkan, menurut penuturan pejabat setempat ledakan terdengar setiap 10 menit.
Banyak warga yang berusaha menyelamatkan diri dari kota itu, namun tak menemukan jalan keluar. Pemerintah Ukraina juga berusaha mengevakuasi penduduk, tapi transportasi mereka kerap diadang pasukan Rusia.
Kondisi di Mariupol juga dilaporkan tak manusiawi. Penduduk tak bisa mengakses ke air, makanan, atau obat-obatan.
Di situasi yang jauh dari kata manusiawi itu, menurut Hamianin, batalion Azov adalah kombatan yang sesungguhnya.
Di satu sisi mereka bertempur, di sisi lain mereka menyelamatkan orang. Mereka, kata dia, juga berhasil mempertahankan Mariupol agar tak jatuh ke tangan pasukan Rusia.
“Orang-orang ini menunjukkan seperti pejuang di Mariupol. Mereka memastikan bahwa penjajah [Pasukan Rusia] tidak merebut kota. Dan pasukan Rusia tidak menguasai kota,” jelas dia.
Menyoal tuduhan pasukan Azov adalah pembunuh, Hamianin menilai karena mereka diserang terlebih dahulu oleh pasukan Moskow.
“Karena mereka [pasukan Rusia] adalah penjajah, orang-orang yang datang untuk bertempur bahkan tak cukup membunuh saudara perempuan dana anak-anak,” tegas dia.
Batalion Azov disebut-sebut sebagai milisi ultranasionalis yang punya hubungan dengan para ekstremis sayap kanan di Eropa. Milisi ini bermarkas di Mariupol.
Mereka tergabung dalam Garda Nasional Ukraina yang berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Anggota unit terdiri dari orang nasionalis dan radikal sayap kanan, demikian dikutip Deutsche Welle.
Keberadaan mereka menjadi salah satu alasan Rusia melancarkan invasi.
Mulanya, Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk. Tujuan pembentukan ini tuk membantu pasukan Ukraina melawan kelompok separatis pro-Rusia di timur Ukraina.
(isa/haw/bac)
[Gambas:Video CNN]