Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa dialog dengan Ukraina sudah mengalami kebuntuan di tengah upaya damai mengakhiri perang.
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat konferensi pers bersama sekutu dekatnya, Presiden Belarus, Alexander Lukashenko pada Selasa (12/4).
“Sekarang, persyaratan keamanan adalah satu hal, dan masalah pengaturan hubungan dengan Crimea, Sevastopol dan Donbas dikeluarkan dalam kesepakatan ini,” kata Putin saat konferensi pers bersama dikutip CNN.
Ia kemudian menegaskan, “Artinya, kami kembali ke situasi buntu untuk diri sendiri dan kita semua.”
Rusia dan Ukraina tercatat sudah berulang kali menggelar negosiasi, namun tak menuai hasil signifikan.
Negosiasi terakhir berlangsung di Istanbul, Turki pada akhir Maret lalu. Hasil pertemuan itu di antaranya, Ukraina siap berstatus netral dan non-nuklir, perundingan lebih lanjut status Crimea selama 15 tahun, jaminan keamanan Ukraina, kemungkinan pertemuan antar presiden, dan gagal gencatan senjata.
Jalan negosiasi makin tampak terjal. Sebab, Putin mengaku tak akan mengakhiri invasi di Moskow sebelum tujuannya tercapai.
“Tak akan menghentikan operasi militer,” kata Putin.
Putin juga membantah laporan dugaan pembantaian ratusan warga sipil di Bucha dengan menyebutnya sebagai laporan palsu.
Laporan itu, bagi dia, sama palsunya dengan penggunaan senjata kimia di Suriah oleh Presiden Bashar al-Assad.
“Ada provokasi di Suriah, saat penggunaan senjata kimia oleh pemerintahan Assad direncanakan. Lalu terbukti itu palsu, sama palsunya seperti di Bucha,” ucap Putin,
CNN melihat secara langsung kuburan massal di sekitar pinggiran Kyiv, setidaknya 20 mayat terlihat di satu jalan.
Rusia menjadi sorotan dunia usai temuan ratusan mayat yang diduga dibantai pasukan Moskow di Bucha.
Negara Barat, ramai-ramai mengecam tindakan itu dan menjatuhkan serangkaian sanksi.
Sementara itu, PBB meminta agar dibentuk tim independen guna menginvestigasi dugaan pembantaian di Bucha.
[Gambas:Video CNN]
(pwn/bac)
[Gambas:Video CNN]